Bantul
Demi Hidupi Cucu Difabel, Nenek 56 Tahun Banting Tulang Berjualan Pecel di Imogri
Semua pekerjaan dan kebutuhan sehari-hari dilakukan secara mandiri, mengingat suami dan kelima anaknya sudah tak lagi tinggal di rumah.
Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Gaya Lufityanti
Laporan Reporter Tribun Jogja, Ahmad Syarifudin
TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL- Bocah lelaki itu bernama Cahyo Agung Wibowo.
Usianya 10 tahun.
Usia dimana kebanyakan anak-anak bermain riang gembira, ia hanya bisa terduduk lemah di atas dipan kayu.
Tak ada suara, karena ia tak mampu bicara.
Tubuhnya tampak ringkih, kurus.
Tulang-tulangnya menonjol begitu sangat kentara dari balik kulit yang membalut tubuh kecilnya.
Tatapan matanya sayu, dengan gigi-gigi runcing menyembul dari mulut.
Wajahnya lugu, terdiam.
Sesekali terdengar ia mengerang, ingin bersuara, tapi tak bisa.
Jangan bayangkan lelaki kecil ini bisa berjalan, karena hanya untuk menggerakkan tangan dan kakinya saja, ia begitu kesulitan.
Di sebuah rumah sederhana, di Kedung Buweng RT 04, Wukirsari, Imogiri, Bantul, Cahyo hidup berdua hanya bersama neneknya, Mbah Warzanah.
Ketika Tribunjogja.com berkunjung, Warzanah, terlihat tengah sibuk menyiapkan barang dagangan ala kadarnya, yang hendak dijual ketika waktu berbuka puasa tiba.
Untuk kebutuhan hidup sehari-hari, perempuan berusia 56 itu menggantungkan hidup berjualan pecel di Pasar Imogiri Lama.
Jarak dari rumahnya menuju pasar sekitar 3 kilometer.