Misteri Emas Wonoboyo

Ada Simbol Kerajaan, Pemiliknya Diduga Dyah Bunga dan Cri Spi

pertanyaan mendasar tentang harta karun emas Wonoboyo adalah benda-benda tak berbatas nilainya itu milik siapa

Penulis: Setya Krisna Sumargo | Editor: Iwan Al Khasni
IST
Ilustrasi 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Pertanyaan mendasar tentang harta karun emas Wonoboyo adalah benda-benda tak berbatas nilainya itu milik siapa? Dari masa kapan? Era siapa kok letak penemuan tak jauh dari komplek percandian Hindu-Buddha di Prambanan dan Plaosan?

Baca: Harta Karun Emas Wonoboyo Hanya 16,9 Kilogram, Sisanya Lalu ke Mana?

Dua pakar sejarah klasik UGM, Prof Dr Timbul Haryono dan Dr Riboet Darmosutopo berupaya memecahkan misteri besar itu lewat kajian arkeologi dan epigrafi. Timbul menguasai arkeologinya, sedangkan Riboet epigrafinya.

Kesimpulan awal dari Timbul, benda-benda yang nyaris semua terbuat dari emas murni itu berasal dari kehidupan abad IX. Sebagian merupakan benda regalia, simbol kerajaan. Secara produk, teknologi pembuatan sangat bagus untuk masa itu.

Timbul juga menyodorkan konklusi awal, benda-benda itu jenis barang perhiasan dan alat kelengkapan upacara kalangan elit kerajaan. Bahkan kemungkinan kepunyaan langsung raja yang berkuasa.

Ini periode penting masa Mataram Kuno, terentang panjang sejak masa Rakai Panangkaran, Rakai Pikatan Dyah Saladu, Rakai Kayuwangi Dyah Lokapala, hingga Rakai Watukura Dyah Balitung. Masa panjang itu diwarnai konflik perebutan kekuasan di kalangan para pemuka Mataram Kuno.

Sedangkan Riboet Darmosutopo dalam pembacaannya terhadap inskripsi atau aksara-aksara pendek yang dipahat di sejumlah barang temuan, didapati petunjuk penting mengarah ke pemilik harta karun spektakuler itu.

Riboet mengarahkan telunjuk ke benda paling menyolok, yaitu serupa mangkuk emas berbobot 237,100 gram. Di salah satu bagian mangkuk itu terdapat tulisan dalam aksara Jawa Kuno, berbunyi "Saragi Dyah Bunga".

Kata "saragi" dapat diartikan satuan kelompok, misalnya seperangkat alat minum, satu stel pakaian dan lain-lain. Karena itu frasa "saragi dyah bunga" bisa diintrepretasi seperangkat alat milik Dyah Bunga.

Dyah adalah artikel untuk garbhanama seorang bangsawan, seperti halnya artikel 'pu". Atas dasar ini, Dyah Bunga tentulah seorang bangsawan level tinggi. Satu lagi sebuah mangkuk emas bertulis kata pendek "Cri Spi" atau "Sri Spi".

Baca: Lokasi Temuan Emas Wonoyobo Fantastis Itu Kini Sama Sekali Tak Bertanda

Ilustrasi
Ilustrasi (IST)

Ini sebuah kata yang umumnya dipakai sebagai artikel penyebutan maharaja, menjadi "sri maharaja". "Sri" juga dipakai sebagai garbhanama seorang bangsawan. Apakah Dyah Bunga dan Sri Spi berhubungan?

Riboet menduga keduanya memang terkait. Indikasinya, benda-benda itu terkonsentrasi di satu lokasi yang sama. Apakah kedua sosok ini pemilik harta karun Wonoboyo, atau sekedar dipahat oleh pembuat benda-benda eksotik itu?

Pertanyaan ini muncul karena pembuat dan penulis prasasti biasanya dicantumkan identitasnya. Namun dengan mudah pertanyaan itu dijawab Riboet, pande emas yang masuk golongan candala, tak mungkin mencantumkan inisialnya di karya yang dibuatnya.

Apalagi menggunakan artikel untuk bangsawan, bahkan maharaja. Bangsawan, bahkan raja merujuk informasi di prasasti lain, menurut Riboet, tidak mungkin datang ke pande emas, karena takut ketularan candala.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved