Hanya Dalam Tiga Hari, Tanaman Cabe Berubah Jadi Layu

Tingginya curah hujan membuat tanaman cabai rawit di Dusun Beji, Sumberagung, Jetis, Bantul banyak diserang penyakit patek.

Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Hari Susmayanti
Tribun Jogja/ Ahmad Syarifudin
Petani cabai di Dusun Beji, Jetis, Bantul tengah memetik tanaman cabai yang busuk akibat terserang hama patek, Selasa (20/03/2018) 

Laporan Reporter Tribunjogja.com, Ahmad Syarifudin

TRIBUNJOGJA.COM - Tingginya curah hujan dan kondisi cuaca yang tidak stabil membuat tanaman cabai rawit di Dusun Beji, Sumberagung, Jetis, Bantul banyak diserang penyakit patek dan busuk batang.

Penyakit patek ini diakibatkan oleh jamur jenis Colletotrichum atau Gloeosporium.

Akibat dari serangan hama jamur ini, daun pada tanaman cabai rawit menjadi layu dan kondisi buahnya sedikit demi sedikit menjadi busuk dan kering.

Salah satu petani cabe, warga Beji, Yuni mengatakan, tingginya curah hujan sangat berpengaruh terhadap kondisi tanaman cabai.

Jika intensitas hujan tinggi, kondisinya menjadi lembab dan segala macam penyakit rentan menyerang tanaman cabai terutama hama patek.

"Lihatin ini tanaman cabai pada kering. Daun dan pohonnya pada layu" tutur Yuni, saat ditemui di sawahnya, Selasa (20/03/2018)

Di lahan seluas 2000 meter persegi, sebagian tanaman cabai milik Yuni tampak layu dan mengering kecoklat-coklatan.

Ketika disentuh, buah cabai tampak keropos, menyusut tak berisi.

"Kalau pohon yang kena hama ini nggak segera dicabut, bisa menular ke pohon lain. Bisa sampai habis semuanya," terang dia.

"Habis dicabut ini nanti dibakar, supaya hamanya mati," ungkap Yuni.

Yuni menuturkan, dirinya sudah mencoba berbagai macam cara untuk menanggulangi tanaman cabai yang terkena hama, namun hasilnya sia-sia.

"Sudah diobatin, tapi tidak bisa," keluh dia.

Kondisi serangan hama patek terhadap tanaman cabai, dikatakan Yuni berlangsung cukup cepat.

Ia mengaku hanya selang 3 hari dari kondisi tanaman yang awalnya sehat kini berubah layu dan membusuk.

Akibatnya, hasil panen turun drastis dan tak sesuai harapan.

"Kalau biasanya bisa panen berkali-kali sampai 1 ton, kini dapat satu kwintal aja susah," kata Yuni pasrah.(tribunjogja)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved