5 Fakta Letnan Komaruddin, Pejuang Sakti yang Terlibat dalam Peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949
Pertempuran selama beberapa jam melawan Belanda itu berhasil menunjukkan eksistensi Indonesia di mata dunia.
Penulis: say | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA.COM - Hari ini, Kamis 1 Maret 2018 bertepatan dengan peringatan Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta.
Pertempuran selama beberapa jam melawan Belanda itu berhasil menunjukkan eksistensi Indonesia di mata dunia.
Pasalnya setelah Indonesia merdeka, Belanda sering kali mengeluarkan propaganda, bahwa negara ini sudah tidak memiliki kekuatan lagi.
Selain mantan Presiden Soeharto, seorang pejuang bernama Letnan Komaruddin juga berperan penting dalam pertempuran itu.
Dengan segala kekuatan dan kemampuannya, ia ikut serta mengacaukan pertahanan tentara Belanda di Yogyakarta.
Letnan Komaruddin bahkan dimasukkan sebagai salah satu karakter di film Janur Kuning.
Saat Serangan Umum 1 Maret 1949, ia pernah membuat kesalahan fatal, tetapi justru berhasil mengecoh Belanda.
Ia juga dikenal memiliki kesaktian, yang sulit diterima logika.
Berikut sejumlah fakta tentang Letnan Komaruddin, seperti TribunJogja.com kutip dari berbagai sumber.
1. Sakti dan Tak Tembus Peluru
Beberapa prajurit menyaksikan sendiri bagaimana kesaktian yang dimiliki oleh Komaruddin.
Saat ia dan prajurit lainnya dikepung Belanda lengkap dengan senjatanya, secara tiba-tiba mereka bisa menghilang seolah tak terlihat.
Padahal bila dinalar, mereka tidak mungkin bisa kabur begitu saja.
Letnan Komaruddin meminta agar prajurit lain memegang tubuhnya, atau setidaknya bajunya.
Anehnya, mereka berhasil lolos dari kepungan Belanda itu.
Lalu ketika beberapa pasukan dalam posisi terjepit, secara tiba-tiba Letnan Komaruddin membantu mereka.
Padahal sebelumnya, pria tersebut tak ada di lokasi kejadian.
2. Salah Lihat Tanggal
Sudah dari jauh-jauh hari serangan melawan Belanda di Yogyakarta, akan dilakukan pada 1 Maret 1949 pagi hari.
Namun pada 28 Februari 1948, Soeharto yang saat itu menjadi Komandan Wehrkreise III Yogyakarta, justru mendengar tembakan gencar.
Rupanya, pasukan yang dipimpin Komaruddin sedang menyerang Belanda dari arah selatan.
Baku tembak pun terjadi. Namun rupanya, Komaruddin salah melihat tanggal.
Setelah dikirimkan utusan, akhirnya ia menyadari bila saat itu bukan tanggal 1 Maret.
Meskipun salah, ternyata yang dilakukan Komaruddin membuat Belanda terkecoh mengenai waktu penyerangan yang sebenarnya.
Di hadapan Jenderal Soedirman, ia pun menangis terisak-isak mengakui kesalahannya.
3. Menjadi Preman
Setelah pertempuran selesai, beberapa sumber menyebutkan bila Komaruddin memilih untuk menjadi preman.
Meskipun preman, tetapi ia baik hati dan disegani.
Ia pernah tinggal di wilayah Kotagede, Yogyakarta, lalu secara misterius menghilang.
Saat seorang sahabat mencarinya, ia ditemukan berada di wilayah Cempaka Putih, Jakarta, tinggal di sebuah gubuk sempit.
Presiden Soeharto diduga mengetahui keberadaannya, karena selalu memberikannya jatah sekarung beras.
4. Tidak Mempan Disuntik
Letnan Komaruddin berhasil dibujuk dan mau pulang ke Yogyakarta pada tahun 1972.
Tak lama kemudian, ia jatuh sakit dan harus dirawat di rumah sakit (RS).
Namun saat dirawat, dokter kesulitan untuk menyuntiknya karena kulitnya keras.
Komaruddin kemudian meninggal dunia pada tahun 1973 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kusumunegara.
5. Memiliki Nama Asli Eli Yakim Teniwut
Letnan Komaruddin memiliki nama asli Eli Yakim Teniwut.
Ia lahir di Desa Ohoidertutu, Kecamatan Kei Kecil Barat, Maluku Tenggara.
Dikutip dari Arsipindonesia.com, Komaruddin disebut-sebut sebagai cicit Kyai Abdur Rahman yang dikenal sebagai Mbah Tanjung, seorang ulama terkemuka di Ploso Kuning Minomartani, Sleman.
Mbah Tanjung hidup di era kekuasaan Sultan Hamengkubuwono I (1755-1792).
Ia juga diyakini merupakan keturunan langsung Bantengwareng, seorang panglima perang pasukan Pangeran Diponegoro.
Letnan Komaruddin pernah diusulkan untuk diangkat menjadi Pahlawan Nasional, tetapi belum diketahui perkembangannya hingga kini. (*)