Sri Sultan Menilai Potensi Kuantitatif Perempuan di DIY Gagal Dioptimalkan Secara Kualitatif

Sehingga, dalam pembangunan ke depan, tugas pemerintah daerah dipastikan bakal semakin berat.

Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Ari Nugroho
TRIBUNJOGJA.COM / Azka Ramadhan
Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X, memotong tumpeng, sebagai simbolisasi diresmikannya gedung baru Badan Pemberdayaan Permpuan dan Masyarakat (BPPM) DIY, di Jalan Tentara Rakyat Mataram, Badran, Jetis, Yogyakarta, pada Rabu (20/12) siang. 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X, menilai potensi kuantitatif yang dimiliki perempuan di wilayah DIY, gagal dioptimalkan secara kualitatif.

Sehingga, dalam pembangunan ke depan, tugas pemerintah daerah dipastikan bakal semakin berat.

Hal tersebut disampaikan oleh orang nomor satu di Provinsi DIY tersebut, saat menghadiri peresmian gedung baru Badan Pemberdayaan Perempuan dan Masyarakat (BPPM) DIY, di Jalan Tentara Rakyat Mataram, Badran, Jetis, Yogyakarta, pada Rabu (20/12/2017) siang.

"Jumlah perempuan sekitar 50,6 persen, atau lebih besar dari separuh penduduk DIY, sedangkan jumlah anak mencapai sepertiganya. Tapi, secara kualitatif, perannya belum bisa dioptimalkan. Padahal, potensinya sangat besar dan perlu diberdayakan," ucapnya.

Sri Sultan mengatakan, bahwa posisi perempuan dan anak, yang menjadi bagian dari ketugasan BPPM DIY, adalah sangat penting, dalam menentukan arah pembangunan daerah, khususnya dalam bidang human capital. Karena itu, diperlukan sebuah dorongan yang bersifat masif.

"Apakah perempuan dan anak akan menjadi beban, atau menjadi faktor penggerak pembangunan, itu tergantung bagaimana kita bersama, bekerja mendorong perempuan untuk lebih berdaya," katanya.

Baca: Kejati DIY Segera Ambil Kesimpulan Terkait Hasil Penyelidikan Kasus Dugaan Korupsi di Galur

"Serta, mendampingi tumbuh kembang anak-anak kita, supaya terbentuk menjadi pribadi unggul, mandiri dan berbudaya," lanjut Ngarsa Dalem.

Seperti yang telah diketahui bersama, tutur Sri Sultan, sampai sekarang, masih dijumpai banyak permasalahan yang dihadapi oleh perempuan dan anak di wilayah DIY.

Antara lain, yakni kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang acapkali menimpa kaum perempuan.

"KDRT memberi pengaruh negatif dalam masa pertumbuhan anak. Selain itu, perkawinan usia muda dan masalah kemiskinan juga berdampak pada kehidupan masyarakat DIY," tuturnya.

Oleh sebab itu, Sri Sultan menekankan pentingnya kerja bersama, untuk mendorong perempuan, dalam upaya terwujudnya kesetaraan gender.

Baca: Unik ! Seperti Inilah Wujud Alat Adu Jangkrik Milik Sri Sultan HB VII

Imbuhnya, kaum lelaki pun harus dilibatkan dan mendapat sentuhan, agar memiliki pemahaman yang adil kepada perempuan.

"Tidak lupa, bersama-sama pula kita dampingi tumbuh kembang anak, agar memahami nilai-nilai budaya, yang menjadi ciri khas manusia Yogyakarta. Saya punya keyakinan, dengan kerja bersama, kita mampu mewujudkan cita-cita itu," tandasnya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved