Bunga Amarilis Dulu Disia-sia, Kini Malah Membawa Berkah untuk Warga Gunungkidul
Masyarakat setempat menganggap bunga itu sebagai gulma atau tanaman penganggu.
Penulis: Rendika Ferri K | Editor: Ari Nugroho
Laporan Reporter Tribun Jogja, Rendika Ferri Kurniawan
TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Bunga Amarilis dulu sempat dipandang sebelah mata.
Masyarakat setempat menganggap bunga itu sebagai gulma atau tanaman penganggu.
Namun kini, justru bunga oranye ini membawa peruntungan bagi warga Gunungkidul.
Salah satu pegiat bunga amarilis di Desa Salam, Patuk, Gunungkidul, Sukadi, menceritakan, bunga Amarilis ini sudah ada di Gunungkidul sejak tahun 1974 silam, bahkan bisa lebih tua lagi.
Warga menganggap bunga tersebut sebagai tanaman pengganggu tanaman atau gulma. Tanaman yang dijuluki 'Bambang Brojol' itu hanya dibuang, atau dijadikan pupuk saja.
"Sudah sejak lama, ada di sini. Bunga itu tumbuh liar di pekarangan dan ladang milik warga, sehingga kerap dibersihkan," ujar Sukadi, Kamis (12/10/2017).
Baca: Kebun Bunga Amarilis di Gunungkidul Kembali Bermekaran
Lanjut Sukadi, baru pada tahun 2002, warga Gunungkidul mulai membudidayakan tanaman ini sebagai tanaman bunga atau penghias pekarangan.
Ia pun mencoba melestarikannya di kebun miliknya di Desa Salam, Patuk, Gunungkidul seluas 2.300 meter persegi.
Bunga tersebut tumbuh subur dan tampak indah, sehingga menarik banyak masyarakat.
"Kebun bunga kami sempat menghebohkan warganet pada tahun 2015 lalu karena keindahannya. Hamparannya," ujarnya.
Banyaknya masyarakat yang berkunjung, dimanfaatkan masyarakat sebagai peluang.
Selain kebun dijadikan sebagai daya tarik wisata, bibit bunga dijual kepada pengunjung.
Bahkan bentuk bunga yang unik, dijadikan motif batik dan dijual kepada masyarakat.