Ini Cerita Menyentuh Mahasiswa UNY Saat Dampingi Suku Kokoda yang Minim Pengetahuan Kesehatan

Sungai kecil di depan kampung Warmon kokoda meluap, bahkan jalan-jalan di area perumahan warga terendam air yang tingginya mencapai betis kaki.

Editor: Gaya Lufityanti
istimewa
Kubangan air yang berada di depan rumah warga Warmon Kokoda, seringkali dijadikan tempat bermain bahkan tempat mandi anak-anak suku Warmon Kokoda. 

TRIBUNJOGJA.COM - Di Papua, Suku Kokoda dapat ditemui di Kota Sorong.

Kota minyak ini sudah mengalami banyak pembangunan, hutan-hutan banyak dibuka untuk dijadikan lahan ekonomi ataupun sebagai sarana infrastruktur.

Ini menyebabkan komunitas nomaden seperti suku Kokoda tersingkirkan dari wilayah hidupnya.

Seperti itulah kira-kira yang dialami oleh Suku Kokoda di Kampung Warmon Kokoda di Distrik Mayamuk, Kota Sorong.

Perubahan tersebut sejatinya berfungsi agar mampu membangun wilayah tersebut.

Namun demikian masih ada pihak-pihak yang belum mampu menyesuaikan dengan budaya yang lebih maju dari kehidupan tradisional yang dianut oleh Suku Kokoda.

Mau tidak mau suku Kokoda harus mampu menyesuaikan dengan lingkungannya yang sudah berubah.

Inilah yang menjadi tujuan kehadiran kelompok Kuliah kerja Nyata (KKN) Mahardika Bakti Nusantara (MBN) dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), untuk memberdayakan masyarakat Kokoda agar mereka mampu berdiri menghadapi kehidupan moderen.

Meski demikian, tidak serta merta suku Kokoda harus meninggalkan nilai-nilai adat yang selama ini mereka miliki.

"MBN datang kesini untuk mendorong mereka agar mampu mandiri dan dapat berjalan berdampingan dengan kehidupan modern tanpa harus meninggalkan identitas mereka sebagai sebuah suku adat. Karena identitas suku Kokoda adalah sesuatu yang unik dan harus tetap dilestarikan meski mereka hidup dalam budaya yang baru," ujar Idra Faudu yang merupakan anggota MBN dari Fakultas Agroteknologi UMY.

Dalam melakukan misinya untuk memberdayakan masyarakat Warmon Kokoda, MBN memperkenalkan warga setempat dengan beberapa hal yang dinilai dapat mendorong mereka untuk membangun diri sendiri dan masyarakatnya.

Satu program yang diberikan oleh MBN adalah teknik bertani, karena tanah di bumi Cenderawasih ini dikenal subur sehingga memudahkan tanaman untuk tumbuh.

"Kalau kita perhatikan, tanah di kampung Warmon Kokoda ini berwarna hitam. Ini disebabkan oleh kandungan humus yang sangat tinggi. Hal ini tentu saja menjadikan tanah di kampung ini sangat cocok untuk ditanami dengan tanaman, seperti sayur mayur dan buah-buahan," ujar Fathurahman Khomeri yang juga berasal dari Fakultas Agroteknologi UMY.

Sebelum MBN diterjunkan ke lokasi kampung Warmon Kokoda, mereka sudah mempersiapkan agenda-agenda yang telah direncanakan jauh hari.

Berbagai teknik yang dapat digunakan untuk mengolah tanah menjadi lahan pertanian secara mudah mereka siapkan, begitu pula dengan macam dan jenis tumbuhan yang akan dibudidayakan.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved