Pelapukan Disebut Jadi Penyebab Ambrolnya Tebing Karang Pantai Sadranan

Dari penelitian awal, tebing setinggi lima belas meter tersebut ambrol karena pelapukan di bagian retakan tebing.

Penulis: Hari Susmayanti | Editor: Muhammad Fatoni
Tribun Jogja/ Hari Susmayanti
Warga menyaksikan batuan tebing karang yang ambrol di Pantai Sadranan, Gunungkidul. 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Hari Susmayanti

TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Badan Geologi Nasional menerjunkan tim untuk melakukan penelitian di lokasi ambrolnya tebing karang di Pantai Sadranan, Desa Sidoharjo, Tepus untuk memastikan penyebabnya, Jumat (19/6/2015). Dari penelitian awal, tebing setinggi lima belas meter tersebut ambrol karena pelapukan di bagian retakan tebing.

“Itu karena sudah lapuk saja di bagian retakan. Itu hal yang wajar saja, kebetulan ada warga yang berada di bawahnya,”nkata ketua tim bencana tanah longsor pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Nasional, Herry Purnomo saat ditemui di Wonosari.

Dia menjelaskan, batuan di sepanjang pesisir selatan Gunungkidul berjenis batuan kapur. Batu jenis ini mudah terkikis oleh gelombang air laut. Lama-kelamaan, tebing yang sudah terkikis ini membentuk cekungan. Karena terus diterjang gelombang yang getarannya cukup kuat, tebing-tebing tersebut semakin rapuh.

Sementara di lokasi kejadian, bagian yang ambrol merupakan batuan yang retak sudah cukup lama. Retakan tersebut lapuk sehingga tidak kuat untuk menahan getaran ataupun beban gravitasi sehingga ambrol.

“Kalau batuan kekarnya masih cukup kuat. Itu (tebing yang ambrol) karena retakannya sudah lapuk saja,” jelasnya.

Di Gunungkidul, menurut Herry, hampir semua tebing karang yang ada di garis pantainya memiliki karakteristik yang sama dengan tebing yang ada di Pantai Sadranan. Tebing-tebing karang tersebut memiliki tingkat kerawanan yang sama karena memang terus bergetar diterjang gelombang air laut.

Untuk itu, langkah yang harus segera diambil oleh pemerintah daerah adalah dengan memasang papan larangan di bawah lokasi tebing. Selain itu pemerintah juga harus membuat peta kerawanan sehingga bisa diketahui daerah mana saja yang memiliki kerawanan tinggi.

“Kita himbau kepada wisatawan untuk tidak mandi atau bermain-main di bawah tebing. Suatu saat, pantai yang bergetar batuannya bisa roboh. Rekomendasi kita, pasang papan peringatan,” ungkapnya. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved