Meranggi Warangka Keris Bermutu Tinggi di Kampung Nyutran
Lama pembuatan satu warangka relatif singkat, hanya satu dua hari saja.
Penulis: Rendika Ferri K | Editor: Hendy Kurniawan
Laporan Reporter Tribun Jogja, Rendika Ferri Kurniawan
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Keris, salah satu budaya peninggalan nenek moyang yang tak ternilai harganya.
Suatu keris dapat dikatakan sebagai suatu karya luhur, karena dalam proses pembuatannya diperlukan pengetahuan tinggi dan memakan waktu yang panjang.
Adapun setiap bagian keris memiliki fungsi kesatuan masing-masing, semisal warangka keris.
Pembuatannya pun dilakukan oleh empu yang berbeda dari empu keris.
Warangka merupakan bagian keris berupa sarung berfungsi sebagai wadah keris.
Pembuatannya dilakukan oleh seorang yang mempunyai keahlian khusus.
Eko Supriyono, adalah salah satu pembuat warangka dan perabot keris di Yogyakarta.
Menempati bengkelnya di kampung Nyutran, Eko telah membuat ratusan warangka keris yang bermutu tinggi.
Sejak tahun 1977, usaha peranggian keris milik Eko telah ada dan berdiri.
Istilah Meranggi ini merupakan sebutan bagi keahlian khusus dalam pembuatan warangka keris.
Usaha peranggian keris ini sudah diwariskan turun temurun dari ayah Eko yang merupakan empu pembuat warangka yang sedari dulu meranggi di kampung Nyutran, Wirogunan, Mergangsan, Yogyakarta.
"Usaha peranggian ini sudah ada sejak dari ayah saya. Kalau saya sendiri mulai usaha pada tahun 1977. Tempatnya pun dari dulu di kampung Nyutran ini," tutur Eko.
Ia menjelaskan, warangka keris ini terbuat dari berbagai macam jenis kayu, seperti kayu timoho, kayu mojo, kayu asem, ataupun kayu jati.
Kayu timoho sendiri merupakan jenis kayu yang mempunyai kualitas terbaik.