Megaproyek Bandara Kulonprogo
Sultan Diminta Turun Langsung Membujuk Warga Temon
Gelombang penolakan bandara Kulonprogo kian menguat.
Penulis: esa | Editor: tea
Laporan Reporter Tribun Jogja, Ekasanti Anugraheni
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Gelombang penolakan bandara Kulonprogo kian menguat. Wakil Pimpinan DPRD DIY sementara, Arief Noor Hartanto berharap Sri Sultan Hamengku Buwono X selaku Raja sekaligus Gubernur berkenan turun ke masyarakat.
"Alangkah baiknya jika Sri Sultan mau turun, berbicara langsung dengan warga. Sebab, penolakan yang terjadi semakin mengkhawatirkan," kata Arief dijumpai di gedung dewan, Selasa (23/9).
Polikus PAN ini menilai, penolakan muncul karena kebingungan warga. Mereka tidak memahami apa dampak positif pembangunan bandara bagi mereka. Karenanya, Pemda harusnya bersikap lebih terbuka. Sebaiknya, konsep bandara dipaparkan sedetail mungkin ke warga, termasuk gambaran perkembangan bandara ke depannya. Dalam proses sosialisasinya pun, Pemda harus punya inovasi metode komunikasi. Jangan hanya terpaku pada UU No 2 Tahun 2012 soal Pengadaan Lahan bagi Kepentingan Publik.
"Yakinkan warga tidak akan ditinggalkan. Harus dipaparkan seberapa besar tenaga kerja lokal yang akan terserap hingga sekian tahun ke depan. Jangan haya bicara jangka pendek. Mungkin bapaknya yang petani tidak bisa bekerja di bandara, tapi anak-anaknya kan bisa," kata Inung, demikian ia akrab disapa.
Pendekatan oleh Sri Sultan ini penting untuk mencari titik temu dengan warga. Sebab, pembangunan bandara baru mutlak dibutuhkan di Yogyakarta. Kondisi bandara Adisutjipto sudah tak optimal melayani kebutuhan penerbangan komersiil. Jadwal penerbangan acap bentrok dengan aktivitas TNI AU. Akibatnya, pesawat komersiil harus berputar-putar di angkasa hingga setengah jam. "Ini kan pemborosan bahan bakar juga. Setengah jam itu sudah setengah perjalanan ke Jakarta. Rugi," tandas Inung.