Menikmati Sore di Pemandian Air Hangat Candi Umbul
Menikmati Sore di Pemandian Air Hangat Candi Umbul
Penulis: Agung Ismiyanto | Editor: Ikrob Didik Irawan
Laporan Reporter Tribun Jogja, Agung Ismiyanto
TRIBUNJOGJA.COM, MAGELANG - Potensi wisata dalam balutan sejarah dapat ditemui di beberapa objek wisata di Kabupaten Magelang. Banyak potensi wisata lokal yang cukup menarik untuk dikunjungi, meski dari segi fasilitas masih sangat terbatas. Satu di antaranya adalah pemandian air hangat Candi Umbul yang menjadi sebuah daya tarik menarik dan alami bagi wisatawan.
SUASANA sore di Desa Kartoharjo, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang, cukup menarik. Semburat sinar matahari yang akan tenggelam menyinari daun padi di areal persawahan indah dan terhampar luas.
Sementara, puluhan orang terlihat asyik bermain air dan berendam di dua buah kolam ukuran sekitar 12x8 meter. Yang menarik dari kolam yang airnya berwarna bening kehijau-hijauan ini adalah beberapa batuan cagar budaya yang dibiarkan tertata rapi di tepiannya.
Pemandian ini dinamakan Candi Umbul. Pemandian di situs Candi ini, bukan sekadar pemandian biasa. Ratusan bahkan ribuan orang memanfaatkannya sebagai pemandian yang dipercaya untuk terapi dan menyembuhkan penyakit kulit. Karena, pemandian ini berisi air dari mata air alami yang hangat. Sehingga, cocok untuk membuat tubuh menjadi rileks.
Petugas pengelola Pemandian Air Hangat Candi Umbul, Kusmadi (41) mengatakan, menurut penelitian sejarah pemandian ini merupakan peninggalan kerajaan Mataram kuno. Jauh sebelum Candi Borobudur berdiri, ujarnya, pemandian ini sudah berdiri.
Pada beberapa batuan yang ditemukan di sekitar lokasi pemandian, dilengkapi relief tumbuh-tumbuhan maupun binatang, seperti layaknya relief yang tergambarkan di Candi Borobudur. Hal inilah yang membuktikan Candi Umbul merupakan peninggalan Mataram Kuno.
"Sekarang, batu-batu candi menjadi sebagai bagian dari kolam pemandian. Dahulu juga diperkirakan ada bangunan candi namun runtuh," jelasnya kepada Tribun Jogja, akhir pekan lalu.
Meski sudah ada beberapa tulisan dan buku sejarah yang mengatakan pemandian ini dibangun pada kejayaan Mataram Kuno, namun menurut Kusmadi belum diketahui secara persis siapa penemu pertama situs itu.
"Hanya dari cerita-cerita itu ditemukan petani yang sedang membajak sawah. Namun, belum diketahui secara pastinya," papar dia.
Menurut Kusmadi, pemandian ini memiliki keunikan yaitu air hangat. Banyak warga berkunjung untuk menyembuhkan bermacam penyakit kulit, terapi, ziarah, hingga sekadar merasakan sensasi air hangat.
Tulisan VOC
Meski demikian, dia menjelaskan, pemandian tersebut diduga telah ditemukan dan dipergunakan di masa kolonial. Hal itu, ujarnya dibuktikan dengan temuan koin bertuliskan VOC dengan angka tahun 1717.
Kusmadi mengatakan, hingga kini pengelolaan pemandian di situs bersejarah itu dikelola oleh Balai Pengembangan Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah dan Dinas Pariwisata dan Budaya (Disparbud) Kabupaten Magelang.
Sementara, untuk tingkat kunjungan rata-rata per harinya mencapai 30 pengunjung. Setiap pengunjung dewasa dikenakan tarif Rp3.300, sementara untuk pengunjung anak-anak dikenakan tarif Rp2.300. Objek wisata itu dibuka setiap hari dari pukul 06.00 hingga pukul 17.30.