Rendang Sumatera Barat: Asal-usul, Makna Filosofi, Rahasia Kelezatan dan Cara Membuat

Di balik kelezatannya, tersimpan filosofi hidup tentang kesabaran, kebersamaan, dan perjuangan.

|
Penulis: Tribun Jogja | Editor: Joko Widiyarso
tribunjogja
Makanan Indonesia yang mendunia 

TRIBUNJOGJA.COM - Siapa yang tidak kenal dengan rendang, makanan khas Sumatera Barat yang selalu berhasil membuat lidah bergoyang?

Hidangan satu ini bukan sekadar lauk pauk biasa, tetapi sudah menjadi warisan budaya dan simbol kebanggaan bangsa Indonesia.

Dari dapur tradisional di tanah Minangkabau, aroma rendang kini sudah menembus restoran hingga hotel di berbagai negara.

Bagi masyarakat Minangkabau, rendang bukan hanya soal rasa.

Di balik kelezatannya, tersimpan filosofi hidup tentang kesabaran, kebersamaan, dan perjuangan.

Tak heran, setiap gigitan rendang selalu menghadirkan makna yang dalam, bukan hanya di lidah, tapi juga di hati.

Asal-Usul Rendang : Dari Kata “Marandang” yang Sarat Makna

Kata “rendang” sebenarnya berasal dari bahasa Minangkabau, yaitu marandang yang artinya memasak santan hingga kering.

Proses ini dilakukan secara perlahan dengan api kecil, sehingga bumbu dan santan meresap sempurna ke dalam potongan daging.

Sejarah mencatat, rendang sudah ada sejak abad ke-16. Dulu, makanan ini dibuat oleh orang Minangkabau sebagai bekal perjalanan jauh atau untuk upacara adat penting.

Karena dimasak lama dan kering, rendang bisa bertahan berhari-hari tanpa basi dan inilah salah satu alasan mengapa hidangan ini begitu disukai.

Selain itu, rendang juga melambangkan perpaduan budaya dan kearifan lokal.

Di setiap acara adat Minang, rendang selalu hadir di meja sebagai bentuk penghormatan dan simbol kemakmuran.

 

Rahasia Kelezatan Rendang : Rempah dan Kesabaran

Baca juga: Kuliner Sate Khas Madura : Kuliner Legendaris Pulau Garam

 

Rahasia utama kelezatan rendang terletak pada bumbu rempahnya yang kaya dan proses masaknya yang sabar.

Daging sapi dipotong besar-besar lalu dimasak bersama santan, daun kunyit, daun jeruk, serai, dan asam kandis.

Bumbu halusnya terdiri dari bawang merah, bawang putih, cabai merah, kunyit, jahe, lengkuas, dan kemiri.

Semua bahan ini diulek halus, kemudian dimasak bersama santan hingga mengental dan berubah warna menjadi coklat tua kehitaman.

Bayangkan saja, untuk membuat rendang asli Padang, dibutuhkan waktu 3 hingga 5 jam memasak tanpa henti.

Tapi hasilnya sepadan, dagingnya lembut, gurih, dan bumbunya meresap sampai ke serat terdalam.

Itulah mengapa rendang disebut-sebut sebagai makanan yang “lahir dari kesabaran”.

 

Makna Filosofis di Balik Rendang

Bagi masyarakat Minangkabau, rendang bukan sekadar hidangan, tapi simbol kehidupan sosial dan budaya.

Setiap bahan dalam rendang punya makna tersendiri :

  • Daging sapi melambangkan pemimpin dan kehormatan.
  • Kelapa menggambarkan kaum cendekia dan pemikir.
  • Cabai adalah lambang rakyat yang berani dan tegas.
  • Bumbu rempah lainnya melambangkan keberagaman yang berpadu dalam keharmonisan.

Filosofi ini mengajarkan bahwa kehidupan yang baik harus diolah dengan kesabaran, keikhlasan, dan keseimbangan sama seperti proses memasak rendang itu sendiri.

 

Cara Membuat Rendang di Rumah

Ingin mencoba membuat rendang sendiri di rumah?

Tenang, bahan dan caranya cukup sederhana, hanya butuh waktu dan kesabaran.

Bahan :

  • 1 kg daging sapi (has luar/has dalam), potong kotak besar 4–5 cm
  • 1 liter santan kental (bisa dari 2 butir kelapa atau santan bungkusan 1L)
  • 2–3 sdm minyak untuk menumis
  • 2 batang serai, memarkan
  • 3 lembar daun jeruk purut
  • 1 lembar daun kunyit (opsional), sobek-sobek
  • 2 butir asam kandis (atau 1 sdm asam jawa)
  • Garam dan gula secukupnya

Bumbu halus :

  • 10 siung bawang merah
  • 6 siung bawang putih
  • 10–12 cabai merah keriting (bisa dikurangi kalau tidak suka pedas)
  • 3 ruas lengkuas
  • 2 ruas jahe
  • 2 ruas kunyit atau 1 sdt kunyit bubuk
  • 5 butir kemiri, sangrai
  • 1 sdt ketumbar bubuk (opsional)

Cara Pembuatan :

1. Siapkan bumbu dan bahan
•Haluskan semua bahan bumbu dengan blender atau ulekan sampai halus. Jika pakai blender, tambahkan sedikit air agar mudah halus.
•Cuci daging, tiriskan. Siapkan santan.

2. Tumis bumbu
•Panaskan 2–3 sdm minyak di wajan dengan api sedang.
•Masukkan bumbu halus, tumis sampai harum dan minyak mulai terlihat. Aduk supaya bumbu tidak gosong.

3. Masukkan daging
•Masukkan potongan daging, aduk rata sampai semua daging terbalut bumbu dan berubah warna (± 5 menit). Ini membantu bumbu meresap.

4. Tuang santan & masak perlahan
•Tuang santan, tambahkan serai, daun jeruk, daun kunyit, dan asam kandis. Aduk perlahan.
•Masak dengan api kecil dan biarkan mendidih perlahan saja, jangan gunakan api besar. Aduk sesekali agar santan tidak pecah dan tidak gosong di dasar wajan.
•Setelah mendidih, kecilkan api, tutup wajan digeser sedikit  supaya uap keluar sedikit.

5. Proses pengurangan
•Masak terus selama 3–4 jam untuk rendang kering/darek. waktu bisa 2–3 jam kalau mau versi lebih basah/kalio.
•Pada 1–2 jam pertama, aduk setiap 10–15 menit. Setelah santan mulai mengental, aduk lebih sering supaya tidak gosong (setiap 5–10 menit).
•Saat santan menyusut dan berubah warna menjadi coklat tua, tekstur daging menjadi empuk dan bumbu mengental itu tanda rendang hampir jadi.
•Cicipi untuk koreksi rasa dan tambahkan garam jika kurang asin. Jika terlalu kental atau mulai gosong, tambahkan sedikit air panas dan kecilkan api.

6. Penyajian & penyimpanan
•Sajikan dengan nasi hangat, sambal lado, atau lalapan.
•Rendang bisa tahan 2–3 hari di suhu ruang (jika benar-benar kering) atau 1 minggu di kulkas untuk penyimpanan lama.

Tips penting
•Santan pecah (minyak terpisah dari air) bukan masalah besar. Lanjutkan masak dengan api kecil hingga pada akhirnya minyak dan bumbu akan menyatu memberi rasa pekat.
•Daging keras berarti belum cukup lama dimasak, tambahkan 30–60 menit lagi dan pastikan api kecil.
•Terlalu asin bisa tambahkan sedikit santan atau tambahkan gula sedikit untuk menyeimbangkan.
•Agar bumbu meresap potong daging agak besar dan masak perlahan, bumbu akan masuk ke serat daging selama proses.
•Pengganti asam kandis bisa pakai asam jawa (1 sdm) untuk memberi rasa sedikit asam segar.

Rendang bukan hanya soal makanan, tapi juga cerita panjang tentang warisan budaya dan ketekunan masyarakat Minangkabau.

Dari dapur tradisional hingga meja makan modern, rendang tetap menjadi simbol kelezatan yang tak lekang oleh waktu.

Dengan cita rasa gurih pedas yang meresap, rendang membuktikan bahwa kuliner Indonesia mampu berbicara di kancah dunia.

Satu suapan saja cukup untuk membuat siapa pun jatuh cinta, itulah kekuatan sejati dari rendang Sumatra Barat.

(MG HAJAH RUBIATI) 

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved