5 Puisi Tentang Cintai Lingkungan: Menjaga Bumi dengan Rasa!

Pohon memberi napas, air memberi kehidupan, dan tanah menjadi pijakan setiap langkah.

Penulis: Tribun Jogja | Editor: Hari Susmayanti
tribunjogja
Ilustrasi sebuah puisi yang menggambarkan betapa pentingnya mencintai dan menjaga lingkungan agar tetap lestari. 
Ringkasan Berita:
  • Lingkungan adalah bagian penting dari kehidupan manusia yang memberikan napas, kehidupan, dan pijakan.
  • Hubungan manusia dengan alam perlu diperbaiki.
  • Puisi dapat menjadi sarana untuk menumbuhkan kepedulian terhadap lingkungan.

 

TRIBUNJOGJA.COM - Lingkungan bukan sekadar tempat kita hidup, tetapi bagian dari diri kita sendiri.

Pohon memberi napas, air memberi kehidupan, dan tanah menjadi pijakan setiap langkah.

Namun, hubungan manusia dengan alam sering kali tak seimbang.

Melalui puisi, kita dapat menggugah rasa, membangunkan kepedulian, dan mengajak siapa pun untuk kembali mencintai bumi.

Berikut lima puisi yang menggambarkan pentingnya menjaga lingkungan: 

Baca juga: Keindahan Alam Indonesia: Ketika Semesta Berbicara Melalui Puisi

1. Pelukan Hijau Bumi

Bumi memeluk dengan daun-daun rindang,
Mendekap hari yang sunyi dan tenang,
Langit tersenyum biru terbentang,
Mengajak kita menjaga tanpa bimbang.

Angin menyapa lembut penuh pesan,
Bahwa alam hidup dengan harapan,
Tak minta banyak, hanya perhatian,
Agar tetap bertahan dalam keindahan.

Air mengalir membasuh langkah,
Membawa cerita dari hulu hingga muara,
Ia berkata lirih tanpa gelisah,
“Jagalah aku sebelum segalanya sirna.”

Mari genggam janji dalam hati,
Untuk merawat yang telah memberi,
Agar bumi ini tak lagi sendiri,
Menunggu manusia mencintai kembali.

2. Nyanyian Sungai yang Merintih

Sungai dulu bening bagai kaca,
Tempat ikan menari bahagia,
Kini ia keruh kehilangan cerita,
Dirusak tangan yang lupa menjaga.

Buih mengambang membawa duka,
Sampah berjejalan menutup usaha,
Hulu hingga hilir bersedih bersama,
Memanggil kita untuk kembali peka.

Arus yang letih terus berjalan,
Terseret luka yang tak tertahan,
Namun tetap berharap keajaiban,
Dari manusia yang hatinya tergerakkan.

Mari beningkan lagi alirannya,
Dengan cinta dan kepedulian nyata,
Agar sungai bernyanyi kembali ceria,
Menjadi kehidupan bagi semua makhluknya.

3. Suara Pohon yang Terluka

Pohon berdiri dengan akar setia,
Menahan angin dan semua cuaca,
Namun turut menangis tanpa suara,
Saat satu per satu ditebang sia-sia.

Daunnya gugur membawa pesan,
Tentang dunia yang butuh keseimbangan,
Tentang manusia yang harus berperan,
Agar bumi tetap bertahan.

Cabang-cabangnya memeluk udara,
Menjadi payung dari panas membara,
Namun siapa yang menjaga mereka,
Jika bukan kita yang tinggal di dunia?

Mari tanam harapan bersama,
Satu pohon, satu jiwa, satu makna,
Agar hutan kembali bernapas lega,
Dan lingkungan tumbuh kembali bahagia.

4. Bumi yang Kita Pinjam

Kita tak pernah benar-benar memiliki bumi,
Hanya meminjam dari generasi nanti,
Namun sering lupa, berlaku sesuka hati,
Hingga alam terluka dan hati menangisi.

Langkah yang kita tinggalkan hari ini,
Menjadi warisan bagi anak cucu nanti,
Apakah yang kita beri adalah harmoni,
Ataukah bencana yang menyayat nurani?

Bumi terus berputar membawa pesan,
Bahwa waktu berjalan tanpa belas kasihan,
Dan kita harus bertindak sekarang,
Agar masa depan tak penuh kesedihan.

Mari rawat bumi dengan kesadaran,
Dengan cinta yang tak hanya ucapan,
Agar generasi mendatang merasakan,
Keindahan yang kita nikmati hari ini.

5. Nafas Terakhir Lautan

Laut biru membentang megah,
Menjadi rumah ribuan anugerah,
Namun kini perih dan mulai lelah,
Tercemar limbah yang membuat resah.

Karang yang dulu penuh warna,
Kini memutih kehilangan jiwa,
Ikan-ikan pun pergi entah ke mana,
Meninggalkan luka yang tak terbaca.

Ombak berdebur membawa pesan,
Tentang kehilangan yang tak direncanakan,
Tentang ulah tangan yang tak berperasaan,
Merampas kehidupan perlahan-lahan.

Mari selamatkan lautan yang tersisa,
Dengan tindakan nyata dan cinta,
Agar ombak kembali bernada ceria,
Menyemai kehidupan di dalamnya.

Mencintai lingkungan berarti mencintai kehidupan.

Bumi telah memberi begitu banyak, dan kini giliran kita menjaga serta merawatnya. 

Melalui puisi-puisi di atas, semoga tumbuh kesadaran bahwa sekecil apa pun tindakan kita mengurangi sampah, menanam pohon, menjaga sungai akan memberi dampak besar bagi masa depan.

Dengan cinta dan kepedulian, bumi dapat terus menjadi rumah yang indah bagi semua.

(MG HAJAH RUBIATI) 

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved