5 Contoh Puisi Tentang Patah Hati, Galau Menyayat Hati
Saat seseorang yang kita sayangi pergi, yang tersisa bukan hanya kenangan, tetapi juga ruang kosong dalam hati yang sulit diisi kembali.
Penulis: Tribun Jogja | Editor: Joko Widiyarso
TRIBUNJOGJA.COM - Patah hati adalah hal yang pernah dirasakan hampir semua orang, tanpa memandang usia, waktu, atau keadaan.
Saat seseorang yang kita sayangi pergi, yang tersisa bukan hanya kenangan, tetapi juga ruang kosong dalam hati yang sulit diisi kembali.
Ada rindu yang datang tiba-tiba, dan ada pula perasaan kehilangan yang tidak mudah dijelaskan dengan kata-kata.
Dalam momen seperti itu, banyak orang memilih diam, menahan rasa yang tak sempat terucap.
Melalui puisi, perasaan yang berat itu bisa disampaikan dengan cara yang lebih lembut dan jujur.
Berikut 5 contoh puisi dengan tema patah hati : 
1. Setelah Kau Pergi
Ada sunyi yang tumbuh di antara jeda,
seperti ruang kosong di antara dua kalimat.
Kau pergi tanpa salam,
meninggalkan kenangan yang menolak tidur.
Aku belajar berjalan pelan,
tanpa menoleh ke arahmu lagi.
Namun setiap langkah masih bergetar,
karena bayanganmu belum benar-benar pergi.
Waktu berjalan, tapi tak membawa lupa,
hanya membuat luka belajar diam.
Aku menata hari perlahan-lahan,
menyapu sisa-sisa yang pernah kau tinggalkan.
Kini aku tahu, kehilangan bukan akhir,
hanya cara Tuhan mengajarkan ikhlas.
Bahwa mencintai tak selalu berarti memiliki,
terkadang cukup dengan pernah berarti.
2. Rindu yang Tak Sempat Pulang
Rindu ini seperti kabut di pagi hari,
tak bisa kugenggam tapi selalu ada.
Ia menempel di udara,
mengiringi langkah yang belum berani lupa.
Kau masih hadir di setiap bayangan,
dalam detak jam dan sunyi malam.
Entah di mana kini kau berpijak,
tapi hatiku masih tersisa di langkahmu yang lama.
Semesta mengajarkan lewat diamnya,
bahwa tak semua yang datang akan kembali.
Ada pertemuan yang diciptakan untuk singgah,
bukan untuk tinggal selamanya.
Dan aku perlahan belajar,
bahwa rindu tak harus memiliki arah.
Cukup dirasakan lalu dilepaskan,
seperti kabut yang reda tanpa perpisahan.
3. Langit yang Sama
Kita kini terpisah jarak dan waktu,
namun langit masih sama di atas kepala.
Kadang aku menatapnya lama-lama,
berharap angin membawa kabar darimu.
Di balik awan yang berarak pelan,
aku membayangkan suaramu yang lembut.
Mungkin kau pun sedang menatap hal yang sama,
meski bukan aku yang kau ingat.
Setiap malam, bintang-bintang bercerita,
tentang kisah yang belum sempat berakhir.
Aku mendengarnya dalam diam,
seolah waktu membisikkan kenangan.
Kini aku mengerti,
langit bukan tempat mencari tapi memahami.
Bahwa meski kita tak lagi bersama,
ada bagian kecil dirimu yang tetap di sini.
4. Luka yang Diam
Tidak semua luka berteriak,
ada yang hanya diam dan menunggu reda.
Ia bersembunyi di balik tawa,
menjadi rahasia antara aku dan waktu.
Aku tidak lagi marah,
tidak pula berharap yang telah lalu.
Kini aku hanya berjalan perlahan,
menyapa kenangan tanpa menoleh jauh.
Sesekali aku tersenyum pada masa lalu,
seolah menepuk bahu seseorang yang pergi.
"Terima kasih" kataku dalam hati,
"karena pernah membuatku belajar sendiri".
Luka ini akhirnya menjadi tenang,
tak lagi pedih seperti dulu.
Ia berubah menjadi pelajaran,
tentang bagaimana cinta seharusnya tumbuh.
5. Bahagia Tanpamu
Dulu aku pikir bahagia harus bersamamu,
karena segala hal terasa lengkap saat itu.
Namun waktu mengajarkan perlahan,
bahwa kehilangan pun bisa menumbuhkan ketenangan.
Bahagia ternyata tak serumit bayanganku,
ia tumbuh dari hati yang mau menerima.
Dari langkah yang berani melangkah sendiri,
meski dulu terbiasa berdampingan denganmu.
Kini aku menata hari dengan tenang,
bukan untuk melupakan, tapi untuk berdamai.
Setiap luka kini menjadi pelajaran,
tentang arti melepaskan dengan ikhlas.
Dan ketika aku menatap masa depan,
tak lagi ada air mata di sudut mata.
Karena aku tahu, kebahagiaan sejati
kadang justru datang setelah kehilangan.
Dari kelima puisi di atas, kita bisa melihat bahwa patah hati bukan hanya tentang kesedihan, tetapi juga tentang proses memahami dan menerima perasaan.
Setiap orang punya cara berbeda untuk melewati masa sulit, dan puisi bisa menjadi salah satu cara paling sederhana untuk menenangkan diri.
Melalui kata-kata, seseorang dapat menyalurkan emosi yang terpendam dan perlahan menemukan ketenangan setelah kehilangan.
(MG HAJAH RUBIATI)


 
                 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
												      	![[FULL] Ulah Israel Buat Gencatan Senjata Gaza Rapuh, Pakar Desak AS: Trump Harus Menekan Netanyahu](https://img.youtube.com/vi/BwX4ebwTZ84/mqdefault.jpg) 
				
			 
											 
											 
											 
											 
											
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.