3 Puisi untuk Sang Penakluk Si Jago Merah: Bertugas dengan Sepenuh Hati
Petugas Pemadam Kebakaran, mereka adalah orang-orang yang sering dilupakan tapi selalu hadir di saat paling genting.
Penulis: Tribun Jogja | Editor: Joko Widiyarso
TRIBUNJOGJA.COM – Petugas Pemadam Kebakaran, mereka adalah orang-orang yang sering dilupakan tapi selalu hadir di saat paling genting.
Petugas pemadam kebakaran tidak hanya berlari menuju api tapi juga menuju bahaya yang bahkan tak ingin kita bayangkan.
Mereka jarang meminta imbalan atau sorotan.
Mereka hanya ingin menyelamatkan, meski harus melangkah ditengah panasnya bara apa dan ancaman maut.
Keberanian yang tulus pataut untuk diapresiasi dengan puisi.
Berikut 3 puisi untuk petugas pemadam kebakaran.
Api Semangat
Di tengah malam yang menggigil sunyi
Ia berlari tanpa sempat menoleh
Membawa keberanian seperti obor ilahi
Menembus asap bagai kabut mimpi
Hanya untuk menyalakan kembali hidup yang hampir mati
Setiap tetes keringatnya seperti doa
Yang menetes di antara bara dan luka
Api di hadapannya bukan musuh semata
Tapi sahabat yang harus ia taklukkan dengan jiwa
Agar dunia kembali bernapas lega
Di dadanya menyala cahaya yang tak pernah padam
Bukan cahaya api, tapi nurani yang dalam
Ia tak menunggu pujian atau salam
Cukup tahu bahwa hidup seseorang diselamatkan malam ini
Dan itu sudah membuat hatinya tenteram
Di Balik Sirene
Ketika sirene menjerit di jalan yang sepi
Ada nyawa yang sedang bertaruh di baliknya
Ia tak tahu bagaimana pulang nanti
Tapi langkahnya tetap tegas dan gagah
Karena bagi dia, menolong adalah cara mencinta
Asap menutup pandangan, bara menelan arah
Namun keberaniannya tak pernah patah
Ia menembus bahaya seperti malaikat yang kehilangan sayap
Bukan untuk keabadian
Tapi untuk kehidupan yang terus ia jaga diam-diam
Setiap kali api padam, ia menunduk pelan
Menyapa bara yang baru saja dijinakkan
Lalu menatap langit dengan wajah hitam terbakar
Senyumnya kecil, tapi sinarnya besar
Sebab ia tahu, cahaya tak selalu datang dari bintang
Penakluk Si Jago Merah
Jika keberanian punya bentuk
Maka wajahmu adalah wujudnya
Bukan dari besi atau baja
Tapi dari hati yang berdenyut lembut
Yang berani mencintai dunia yang hampir hancur
Kau menari di antara nyala dan bahaya
Seperti puisi yang dibaca oleh angin neraka
Namun setiap langkahmu justru menyembuhkan
Api tak membakar jiwamu
Ia hanya memantulkan sinar kasih yang menyala
Ketika dunia terlelap dan semua takut terbakar
Kau adalah peluk hangat yang datang paling cepat
Tanpa pamrih, tanpa nama besar
Hanya seorang pahlawan dalam seragam sederhana
Yang menyelamatkan hidup dengan cinta yang membara
(MG Aliya Miranti Armansyah)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.