Memahami Pakaian Adat Lampung Pepadun dan Saibatin
Memahami pakaian adat kedua kelompok ini adalah kunci untuk menyelami filosofi dan struktur sosial masyarakat Lampung.
Penulis: Tribun Jogja | Editor: Iwan Al Khasni
TRIBUNJOGJA.COM – Lampung merupakan provinsi yang kaya akan warisan budaya.
Lampung memiliki keunikan mendasar yang membedakannya dari daerah lain di Sumatera dengan adanya dua kelompok adat utama yang mendominasi, yaitu Lampung Pepadun dan Lampung Saibatin.
Perbedaan identitas ini tidak hanya terlihat dalam tata cara adat dan sistem kekerabatan, tetapi juga sangat jelas tercermin melalui pakaian adatnya.
Memahami pakaian adat kedua kelompok ini adalah kunci untuk menyelami filosofi dan struktur sosial masyarakat Lampung.
Meskipun sama-sama menggunakan kain tenun Tapis yang indah, detail, warna, dan aksesori yang digunakan memiliki makna yang sangat berbeda dan sakral.
Pakaian Adat Lampung Pepadun

Masyarakat Pepadun yang mendiami wilayah pedalaman seperti Lampung Utara, Lampung Tengah, dan Way Kanan, menganut sistem kekerabatan yang bersifat patrilineal dan egaliter.
Pakaian adat mereka melambangkan kemewahan, status kepemimpinan, dan hirarki yang dicapai melalui gelar adat.
Pakaian adat Pepadun secara keseluruhan memiliki ciri khas yang terlihat megah, berkarakter tegas, dan didominasi warna putih, emas, dan merah.
Pakaian Wanita (Siger Pepadun)
Siger atau mahkota merupakan elemen paling ikonik.
Siger pepadun berbentuk seperti mahkota dengan tujuh lekukan atau cabang yang tegak lurus ke atas.
Tujuh lekukan ini melambangkan tujuh sungai besar di Lampung dan juga dapat melambangkan tujuh gelar adat.
Aksesoris tubuh wanita menggunakan sesapuran atau kain penutup dada dan Tapis yang merupakan kain tenun bersulam benang mas yang dililitkan sebagai sarung.
Bagian dada dihiasi buluh (kalung panjang) dan buah jukum (kalung susun).
Lengan dipasangi gelang kana dan gelang burung, sementara pinggang dililit ikat pinggang pending dari logam emas.
Pakaian Pria
Pria mengenakan kemeja berwarna putih atau hitam, ditutupi oleh selendang Tapis yang disampirkan di bahu.
Celana panjang dipadukan dengan sarung Tapis yang diikatkan di pinggang atau dililit di luar celana.
Pria mengenakan kopiah emas atau kopiah rujung yang elegan, melambangkan kedudukan dan kewibawaan.
Pakaian Pepadun adalah simbol dari keberhasilan dan status adat yang telah dicapai melalui upacara Cakak Pepadun atau pengangkatan gelar adat.
Setiap perhiasan emas dan mahkota melambangkan status kepemimpinan yang diakui secara komunal dalam sistem masyarakat adat mereka.
Pakaian Adat Lampung Saibatin

Masyarakat Saibatin mendiami wilayah pesisir Lampung, seperti Lampung Selatan, Pesisir Barat, dan Tanggamus.
Kelompok ini menganut sistem kekerabatan yang bersifat patrilineal dan aristokratis (garis keturunan Raja/Penyimbang).
Pakaian adat mereka cenderung lebih sederhana dalam bentuk mahkota, namun sangat kaya dalam detail perhiasan yang melambangkan status darah keturunan.
Pakaian adat Saibatin umumnya dengan ciri khas yang terlihat anggun, elegan, dan didominasi oleh warna merah tua, marun, dan emas yang lebih lembut.
Pakaian Wanita (Siger Saibatin)
Siger Saibatin memiliki bentuk yang berbeda dari Pepadun.
Mahkota ini biasanya memiliki tiga lekukan atau cabang yang lebih ramping, melambangkan tiga nilai dasar kehidupan atau tiga tingkat kekuasaan adat.
Bentuknya melengkung ke depan dan memberikan kesan lebih anggun.
Wanita mengenakan baju kurung atau kebaya beludru berwarna merah marun, dipadukan dengan Kain Tapis yang dihiasi sulaman benang emas yang rapat dan halus.
Perhiasan utama adalah bulan temu (kalung leher), papan jajar (rantai dada), dan seraja bulan (hiasan bahu) yang seluruhnya terbuat dari logam emas.
Pakaian Pria
Pria Saibatin mengenakan jas beludru berwarna merah tua atau hitam yang disulam benang emas dan dipadukan dengan celana panjang yang serasi.
Sarung Tapis dililitkan di pinggang dan jatuh di bawah lutut.
Pria biasanya menggunakan kopiah atau iket kepala sederhana dari kain yang dililitkan, tidak semegah kopiah emas Pepadun, karena status kebangsawanan mereka diwariskan oleh darah bukan gelar.
Pakaian Saibatin melambangkan status yang diwariskan (inherited status).
Warna merah marun melambangkan keberanian dan keagungan keturunan bangsawan.
Penggunaan kain Tapis yang lebih halus dan detail perhiasan yang elegan menunjukkan status kekerabatan yang dijaga ketat dalam sistem adat aristokratis.
Kedua pakaian adat ini adalah manifestasi seni dari kekayaan budaya Lampung.
Meskipun berbeda, keduanya tetap bersatu dalam penggunaan kain Tapis sebagai simbol identitas bersama yang melambangkan kemuliaan dan keagungan warisan budaya Lampung. (MG Awega Yunita Sara)
Makna Bubur Merah dan Putih dalam Adat Jawa: Simbol Harmoni Kehidupan |
![]() |
---|
Uma Mentawai: Arsitektur Komunal yang Menyatu dengan Filosofi Hutan Alam |
![]() |
---|
Event Seni dan Budaya di Jogja 10 hingga 11 Oktober 2025 |
![]() |
---|
Mengenal 6 Teknik Pembuatan Batik Indonesia yang Unik dan Beragam |
![]() |
---|
Hari Batik Nasional: Warisan Budaya Bangsa yang Kian Mendunia di Era Digital |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.