Pameran Arsip dan Ilustrasi Petak Umpet Sastra Anak Upaya Perjuangan Literasi Anak

Romo Sindhunata mengatakan pameran ini diharapkan menjadi pemicu kebangkitan kembali sastra anak Indonesia.

Tribunjogja/ Christi Mahatma Wardhani
PAMERAN: Penerbit Kepustakaan Populer Gramedia (KPG), Museum Anak Bajang, dan Bentara Budaya berkolaborasi menyelenggarakan Pameran Arsip dan Ilustrasi Petak Umpet Sastra Anak di Bentara Budaya Yogyakarta pada 7-16 November 2025. 
Ringkasan Berita:
 

 

Laporan Reporter Tribun Jogja Christi Mahatma Wardhani

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Penerbit Kepustakaan Populer Gramedia (KPG), Museum Anak Bajang, dan Bentara Budaya berkolaborasi menyelenggarakan Pameran Arsip dan Ilustrasi “Petak Umpet Sastra Anak”.

Pameran ini berlangsung pada 7-16 November 2025 di Bentara Budaya Yogyakarta.

Dipicu peringatan setahun wafatnya Dwianto Setyawan, penulis buku anak Indonesia yang produktif tahun 1970-1980an), pameran ini bertujuan untuk mengembalikan perhatian publik terhadap buku-buku anak karya penulis Indonesia.

Picu kebangkitan sastra anak Indonesia

Penggagas Pameran Arsip dan Ilustrasi Petak Umpet Sastra Anak, Romo Sindhunata mengatakan pameran ini diharapkan menjadi pemicu kebangkitan kembali sastra anak Indonesia.

Menurut dia, petak umpet adalah hal yang sudah jelas, tetapi masih terus dicari. 

“Itulah yang dikerjakan oleh Dwianto Setyawan. Namun sayangnya, kadang hal seperti ini berlalu begitu saja dalam dunia sastra, meski sudah banyak yang mengakuinya,” katanya dalam pembukaan pameran, Jumat (07/11/2025).

Sebagai adik almarhum Dwianto Setyawan, Romo Sindhu merasa karya-karya yang ia tulis berkat motivasi sang kakak. Sebagai kakak, Dwianto Setyawan berhasil mendidik adik-adiknya menjadi penulis.

Ia pun bangga karena dari kampung kecil di Kota Batu, lahir ilustrasi dan karya-karya yang bernilai nasional. 

“Namun yang lebih penting, melalui pameran ini, bersama KPG, Museum Anak Bajang, dan Bentara Budaya, kita ingin memperjuangkan bahwa literasi anak, khususnya sastra anak sangatlah penting,” ujarnya.

Pameran tersebut melibatkan tiga kurator, yaitu Setyaningsih, Nai Rinaket, dan Hanputro Widyono.

Salah satu kurator, Hanputro Widyono mengatakan ketiganya mengkurasi dari 200-300an arsip Dwianto Setyawan, menjadi 102 arsip yang dipamerkan.

Selain itu, ada proses kurasi ilustrasi, dari 38 ilustrator menjadi 21 ilustrator.

Menggugah tokoh perbukuan anak 

Melalui pameran tersebut, ia ingin agar semakin menggugah tokoh-tokoh perbukuan anak untuk bersuara. Ia pun ingin agar sastra anak Indonesia semakin berkembang.

“Mengapa sastra anak Indonesia tidak terdengar suaranya? Berbeda dengan sastra orang dewasa yang kita masih bisa menyebut Marah Rusli, Abdul Muiz, orang-orang yang lahir di masa kolonial Belanda, tapi masih kita ingat sampai hari ini,” terangnya.

“Jadi harapan kami, setelah pameran ini akan ada banyak lagi tokoh-tokoh perbukuan anak yang bersuara, menyampaikan gagasan, dan terutama tidak takut dikritik. Jadi semoga nanti akan banyak kritik, dan bisa mengembangkan sastra anak Indonesia ke depan,” lanjutnya.

Tidak sekadar pameran, Penerbit KPG membuat langkah berani dengan menerbitkan kembali buku Dwianto Setyawan dan Djokolelono sebagai Seri Klasik Semasa Kecil. Total ada 15 judul yang dirilis dalam payung besar Seri Klasik Semasa Kecil dan satu buku kumpulan esai yang sejalan dengan tema pameran ini.

Manajer Redaksi dan Produksi Penerbit KPG, Christina M. Udiani menambahkan saat ini bacaan tingkat middle grade tidak terlalu banyak. Di samping itu, karya lama memiliki penamaan dan karakter yang berbeda dengan saat ini. 

“Buku-buku itu dari zaman dulu sampai serang terus berubah. Kalau boleh dibilang zaman sekarang merasakan sensor, ini nggak boleh, itu nggak boleh. Sehingga ketika menemukan buku-buku masa lalu, kita merasa cerita anak begitu lepas, imajinasi lepas, luas. Anak boleh nakal, boleh membuat kesalahan, sehingga cerita lebih hidup,” ujarnya.

Meski menghadapi dilema antara profit dan idealisme, ia merasa bangga KPG bisa menerbitkan kembali sastra anak Indonesia. (maw)

 

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved