Disdag Gunungkidul Sosialisasikan Program Gebyar untuk Hidupkan Pasar Tradisional

Kepala Disdag Gunungkidul Kelik Yuniantoro mengatakan program ini bertujuan meningkatkan minat masyarakat untuk berbelanja di pasar rakyat

Penulis: Nanda Sagita Ginting | Editor: Yoseph Hary W
Tribun Jogja/Nanda Sagita Ginting
PASAR: Aktivitas jual-beli di Pasar Argosari Gunungkidul, beberapa waktu lalu 

Laporan Reporter Tribun Jogja Nanda Sagita Ginting 

TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Dinas Perdagangan (Disdag) Gunungkidul gencar menyosialisasikan program Gerakan Kembali Belanja ke Pasar (Gebyar) sebagai upaya menghidupkan kembali pasar tradisional di wilayah tersebut. 

Kepala Disdag Gunungkidul Kelik Yuniantoro mengatakan program ini bertujuan meningkatkan minat masyarakat untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari di pasar rakyat.

Menurutnya,  pasar tradisional memiliki peran penting dalam roda perekonomian daerah. Melalui program Gebyar, masyarakat didorong agar tidak meninggalkan pasar dan tetap menjadikannya sebagai pusat aktivitas ekonomi.

"Pasar tradisional bukan hanya tempat transaksi jual beli, tetapi juga ruang interaksi sosial masyarakat. Dengan program Gebyar, kami ingin mengajak warga kembali meramaikan pasar rakyat,” ujarnya, pada Jumat (5/9/2025).

Selain sosialisasi, kata dia,  Disdag juga menyiapkan sejumlah kegiatan pendukung seperti promosi produk lokal, peningkatan kualitas layanan di pasar, hingga kampanye belanja sehat dan aman. Langkah ini diharapkan dapat menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap pasar tradisional sekaligus memperkuat daya saing pedagang lokal.

"Program Gebyar tidak hanya ditujukan untuk meningkatkan omzet pedagang, melainkan juga menjadi bagian dari upaya menjaga keberlanjutan ekonomi kerakyatan di Gunungkidul," terangnya.

Sementara itu, Kelompok Substansi Pendapatan Bidang Pengelolaan Pasar Dinas Perdagangan Gunungkidul, Ramelan Supama menambahkan jumlah pembeli ke pasar tradisional serupa tahunnya mengalami penurunan.

Menurutnya, penurunan pembeli salah satunya dipicu perubahan pola transaksi masyarakat yang lebih memilih berbelanja secara daring atau online.

"Di sisi lain, memang kondisi ekonomi yang lemah juga menjadi faktor lain, yang membuat daya beli masyarakat ikut turun," urainya (ndg)

 

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved