200 Nayantaka DIY Ikut Kawal Malioboro saat Aksi Unjuk Rasa
Ketua Nayantaka DIY, Gandang Hardjanata, mengatakan penjagaan dilakukan untuk memastikan kondisi tetap terkendali.
Penulis: R.Hanif Suryo Nugroho | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Gelombang demonstrasi yang sempat memanas di sejumlah kota Indonesia pada akhir Agustus 2025 diperkirakan belum reda.
Sejumlah elemen mahasiswa dan masyarakat berencana menggelar unjuk rasa di berbagai daerah di Tanah Air pada Senin (1/9/2025).
Di Yogyakarta, aksi disebut-sebut akan digelar di depan Kantor DPRD DIY serta di Bundaran Universitas Gadjah Mada, Sleman.
Salah satunya adalah aksi bertajuk “Jogja Memanggil: Maklumat Rakyat” yang dijadwalkan berlangsung pukul 09.00–13.00 WIB.
Mengantisipasi situasi, sekitar 200 personel dari paguyuban lurah dan pamong kalurahan DIY yakni Nayantaka DIY dan Jaga Warga diterjunkan untuk berjaga di kawasan Malioboro.
Ketua Nayantaka DIY, Gandang Hardjanata, mengatakan penjagaan dilakukan untuk memastikan kondisi tetap terkendali.
“Kami bersama-sama menjaga masyarakat untuk tetap aman dan terkendali,” ujarnya, Senin (1/9/2025).
Menurut Gandang, personel akan ditempatkan di sepanjang Jalan Malioboro.
“Sekitar 200 personel,” katanya.
Ia menegaskan bahwa penyampaian aspirasi boleh dilakukan, namun tidak boleh dengan kekerasan.
“Kami tidak anti-demo, tapi kami tidak menghendaki demo itu dengan kekerasan. Tetap mengedepankan dialog dan musyawarah. Jadi sesuai dengan dhawuh Ngarsa Dalem, kita tegak lurus dengan itu,” ucapnya.
Saat ditanya mengenai langkah jika massa datang, Gandang menjawab, “Ya kami menghimbau saja, imbauan kepada mereka. Monggo menyampaikan aspirasi. Monggo, aspirasi disampaikan, tapi secara damai. Itu yang penting. Karena Jogja cinta damai. Jogja anti kekerasan. Bukan sifat orang Jogja kalau itu dengan kekerasan.”
Untuk membedakan diri dengan kelompok lain, anggota Nayantaka dan Jaga Warga menggunakan pakaian khusus.
“Kalau Jaga Warga memakai rompi dengan tulisan ‘Jaga Warga’, kalau kami perangkat memakai baju adat Jawa, terkhusus peranakan, karena kita secara tidak langsung juga abdi Keraton. Jadi kita pakai ini, peranakan namanya. Ini adalah seragam perangkat kelurahan yang merupakan simbol dari abdi Keraton,” kata Gandang.
Dalam aksi pengamanan di Malioboro, para perangkat kelurahan dan anggota Nayantaka tampil berbusana Jawa gaya peranakan, lengkap dengan beskap dan jarik.
Pakaian tradisional itu, menurut Gandang, tidak hanya menjadi seragam resmi, tetapi juga simbol kedekatan mereka dengan tradisi Keraton Yogyakarta.
Gandang menyebut, perangkat kelurahan di seluruh wilayah juga aktif mengingatkan warga agar menjaga budaya Jogja dalam menyampaikan aspirasi.
“Alhamdulillah, teman-teman di 392 (kalurahan) menghimbau semua pada warganya untuk berlaku sesuai budaya Jogja. Boleh menyampaikan pendapat? Boleh. Kita tidak anti penyampaian aspirasi, tapi harus dengan cara yang sopan, cara yang sesuai dengan kebudayaan atau pribadi orang Jogja,” ucapnya. (*)
Ribuan Mahasiswa Lesehan Gelar Aksi Damai di Bundaran UGM |
![]() |
---|
Gedung DPRD DIY Didatangi Ratusan Demonstran, Massa Dipersilakan Masuk |
![]() |
---|
Wali Kota Yogya Tinjau 9 Titik Rawan Demonstrasi, Berikan Jaminan Keamanan untuk Warga |
![]() |
---|
Berbusana Adat Jawa, 200 Nayantaka DIY Turut Amankan Kawasan Malioboro |
![]() |
---|
Seluruh Sekolah di Bantul Diimbau Larang Anak Didik Ikut Aksi Demonstrasi dan Fokus Belajar |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.