Laporan Reporter Tribun Jogja, Ardhike Indah
Yogyakarta Tribunjogja.com -- Tanpa disadari, manusia saat ini hidup berdampingan dengan ancaman tak kasat mata bernama mikroplastik.
Partikel plastik berukuran sangat kecil ini tidak hanya ditemukan dalam makanan, minuman, dan lingkungan, tetapi juga mengendap di udara yang kita hirup setiap hari.
Dr. dr. Merita Arini, MMR, Dosen Program Magister Manajemen Rumah Sakit (MARS) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), menjelaskan bahwa mikroplastik merupakan partikel atau fragmen plastik berukuran di bawah 5 mikrometer.
Karena ukurannya yang sangat kecil, partikel ini dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui berbagai jalur, baik dari makanan, minuman, maupun udara.
“Ada beberapa jalur utama masuknya mikroplastik ke dalam tubuh kita. Pertama, melalui inhalasi atau saluran pernapasan, misalnya dari debu kota hingga serpihan ban kendaraan. Kedua, dari makanan atau minuman yang tercemar, seperti ikan laut yang terpapar mikroplastik,” ujar dr. Merita, Senin (14/7/2025).
Mikroplastik hadir dalam berbagai bentuk, mulai dari filamen, serat (fiber), benang halus, hingga serpihan kecil yang sulit dikenali oleh mata telanjang.
Menurut Merita, bahan dasar mikroplastik adalah polimer yang digunakan luas dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari cat jalan, bahan bangunan, produk perkapalan, hingga sabun pembersih.
Penggunaannya yang masif dan tidak semuanya dapat terurai secara alami membuat limbah plastik perlahan terpecah menjadi partikel mikro yang mencemari lingkungan dan pada akhirnya masuk ke tubuh manusia.
“Paparan mikroplastik tidak hanya berdampak pada permukaan tubuh, tapi juga bisa menembus sistem peredaran darah dan menyebabkan mutasi DNA. Hal ini dapat memicu stres oksidatif serta kerusakan pembuluh darah,” jelasnya.
• Ini Aplikasi SopirinAja Ciptaan Mahasiswa UMY, Bisa Temukan Sopir Profesional dan Terpercaya
Dampak Jangka Panjang
Dampaknya pun tidak main-main.
Untuk jangka panjang, mikroplastik dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular seperti hipertensi, penyakit jantung, diabetes melitus, hingga stroke.
Selain itu, partikel ini juga diduga dapat menurunkan tingkat kesuburan dan memicu pertumbuhan sel kanker akibat mutasi genetik.
Ancaman mikroplastik tak hanya dirasakan oleh manusia, tapi juga memberi dampak signifikan terhadap ekosistem.