Selain fokus pada persiapan perayaan Imlek, Klenteng Fuk Ling Miau juga tengah melakukan renovasi pada beberapa bagian bangunannya.
Klenteng ini dibangun pada tahun 1854 di masa pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwono VII, sehingga telah berdiri selama lebih dari 170 tahun.
Usia yang tidak muda ini membuat bangunan rentan terhadap kerusakan akibat cuaca, rayap, dan retakan.
“Renovasi ini bertujuan untuk mengembalikan ornamen-ornamen lama ke bentuk aslinya,” kata Angling Wijaya.
Ditambahkannya, renovasi ini memakan biaya sekitar 800 juta rupiah dan diharapkan tidak mengganggu aktivitas peribadatan umat.
Persiapan di Klenteng Fuk Ling Miau tidak hanya menjadi simbol penghormatan kepada tradisi, tetapi juga menunjukkan semangat kebersamaan dan gotong royong.
Pembersihan klenteng dan patung dewa-dewi ini melibatkan banyak pihak, mulai dari pengurus hingga umat yang datang membantu.
Dengan berbagai persiapan yang sudah dilakukan, Klenteng Fuk Ling Miau siap menjadi pusat perayaan Imlek yang penuh makna.
Tradisi, kebersamaan, dan semangat menghormati para leluhur menjadi inti dari perayaan ini, menghadirkan suasana Imlek yang hangat di Kota Yogyakarta.
Bagi masyarakat yang ingin merasakan nuansa Imlek di tempat yang penuh sejarah, Klenteng Fuk Ling Miau menjadi pilihan yang tepat.
Selain beribadah, pengunjung juga bisa menikmati keindahan arsitektur kuno dan atmosfer yang kaya akan budaya. (Tribunjogja.com/Han)