TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Di era digitalisasi, inovasi teknologi telah menjadi salah satu pendorong utama transformasi ekonomi, termasuk ekonomi hijau di Indonesia.
Salah satu contoh nyata adalah pemanfaatan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) oleh pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) untuk mendukung transaksi tanpa tunai yang lebih efisien dan ramah lingkungan.
Mbak Yuni, pemilik warung makan “ Warung Pojok Mbak Yuni” di kawasan Kotabaru, Yogyakarta, menjadi salah satu pelaku UMKM yang telah mengadopsi QRIS.
Keputusan ini tidak hanya mempermudah pengelolaan bisnisnya, tetapi juga memberikan kontribusi nyata terhadap ekonomi hijau.
Siang itu, warung yang berada di tengah-tengah kawasan Kotabaru Yogyakarta tersebut tengah ramai dikunjungi pembeli.
Mereka terlihat antre cukup panjang untuk bisa menikmati menu makanan yang ada di warung.
Satu per satu dilayani dengan penuh senyuman oleh karyawan Mbak Yuni.
Setelah membawa piring berisi nasi dan lauk pilihannya, mereka langsung menuju ke meja atau tikar yang sudah tersedia di warung atau sekitar warung.
Sementara anak Mbak Yuni terlihat sibuk melayani para pembeli yang hendak membayar.
Ada yang masih membayar menggunakan uang tunai dan ada pula yang membayar menggunakan QRIS.
Pembeli yang membayar menggunakan QRIS tinggal scan barcode yang sudah dipasang di bagian gerobak.
Setelah dihitung, pembeli langsung menulis besaran biaya yang harus dibayarnya.
Setelah memasukkan nomor PIN, pembeli hanya perlu menunjukkan kepada kasir kalau dia sudah membayar menggunakan QRIS.
Kasir pun tidak perlu lagi mencatat setiap pembeli yang sudah membayar atau memberikan uang kembalian.
Selain memudahkan dalam pencatatan, penggunaan QRIS juga memberikan kontribusi nyata dalam mendukung program ekonomi hijau.
QRIS: Solusi Praktis bagi UMKM
Perempuan bernama lengkap Wahyuni ini mengaku mulai menggunakan QRIS sejak beberapa tahun lalu setelah mendengar program edukasi dari Bank Mandiri di lingkungannya.
Sebagai warung makan dengan pelanggan yang sebagian besar mahasiswa dan pekerja kantoran, QRIS menjadi solusi pembayaran yang cepat, aman, dan praktis.
"Sebelumnya, saya sering kerepotan dengan uang receh. Kadang pelanggan membayar dengan uang besar, dan saya kesulitan memberi kembalian. Sejak pakai QRIS, semua jadi lebih mudah," cerita Mbak Yuni saat ditemui Tribun Jogja beberapa waktu yang lalu.
Teknologi QRIS memungkinkan pelanggan cukup memindai kode QR di kasir menggunakan aplikasi dompet digital atau mobile banking.
Proses transaksi pun selesai dalam hitungan detik, tanpa perlu mengeluarkan uang tunai.
QRIS dan Kontribusi terhadap Ekonomi Hijau
Pemanfaatan QRIS juga mendukung prinsip ekonomi hijau, yaitu keberlanjutan dan efisiensi sumber daya.
Dengan berkurangnya kebutuhan akan uang tunai, pencetakan uang kertas yang memakan banyak energi dan sumber daya alam bisa diminimalkan.
Selain itu, transaksi non-tunai membantu mengurangi jejak karbon dari distribusi uang fisik.
Sejak menggunakan QRIS dari Bank Mandiri, Mbah Yuni mengaku mendapatkan banyak kemudahan.
Termasuk dalam hal pencatatan keuangan karena semuanya otomatis tercatat di aplikasi.
"Selain praktis, saya merasa menggunakan QRIS lebih ramah lingkungan. Tidak perlu lagi cetak struk kertas untuk bukti pembayaran, karena semuanya tercatat di aplikasi," tambah Mbak Yuni.
Langkah kecil ini menunjukkan bagaimana teknologi digital dapat mempercepat transisi ke ekonomi hijau, bahkan di tingkat UMKM.
Tantangan dan Peluang
Meskipun QRIS menawarkan banyak keuntungan, Mbak Yuni mengakui bahwa awalnya ada tantangan dalam pengenalan teknologi ini kepada pelanggan.
Beberapa pelanggan, terutama yang lebih tua, masih terbiasa dengan transaksi tunai.
Namun, seiring waktu dan edukasi yang terus-menerus, banyak pelanggan mulai menerima dan bahkan menyukai metode pembayaran ini.
Keberhasilan Mbak Yuni dalam mengadopsi QRIS juga membuka peluang lebih besar untuk mengembangkan usahanya.
Dengan laporan transaksi yang terekam secara digital, ia dapat lebih mudah mengatur keuangan dan mengajukan pinjaman ke bank untuk modal usaha.
Kolaborasi untuk Ekonomi Hijau
Inovasi seperti QRIS tidak hanya menjadi solusi digital, tetapi juga bagian dari kolaborasi untuk mendukung ekonomi hijau di Indonesia.
Bank Mandiri, sebagai salah satu pelopor QRIS, terus memberikan edukasi kepada UMKM tentang manfaat teknologi ini.
Dengan lebih banyak pelaku usaha yang beralih ke sistem non-tunai, harapannya ekonomi hijau bisa tumbuh lebih pesat, sekaligus memberikan dampak positif bagi lingkungan.
Mbak Yuni adalah bukti nyata bahwa inovasi digital, meskipun terlihat sederhana, memiliki potensi besar untuk mendorong perubahan.
Dengan mengintegrasikan teknologi ke dalam aktivitas sehari-hari, UMKM tidak hanya meningkatkan efisiensi, tetapi juga berkontribusi pada masa depan yang lebih berkelanjutan.
"Kalau saya bisa, UMKM lain juga pasti bisa. Ayo kita coba sama-sama," tutup Mbak Yuni dengan penuh semangat.
Digitalisasi melalui QRIS adalah salah satu contoh bagaimana inovasi teknologi dapat mendukung ekonomi hijau di Indonesia.
Dengan terus mendorong adopsi teknologi di berbagai sektor, kita tidak hanya memperkuat perekonomian, tetapi juga menjaga kelestarian bumi untuk generasi mendatang.
Salah seorang pelanggan “ Warung Pojok Mbak Yuni” Febri mengaku sangat dimudahkan dengan hadirnya QRIS.
Selain tidak perlu membawa uang tunai, penggunaan QRIS juga mengurangi penggunaan kertas untuk struk.
“ Pokoknya sekarang semuanya lebih mudah dan enak, kita tinggal scan sudah bisa langsung bayar. Yang penting punya aplikasi Livin Mandiri,”katanya.
Sementara itu sebelumnya, Vice President Bank Mandiri Area DIY, Evi Martiani menargetkan pada tahun 2024ini capaian pengguna QRIS Livin Merchant bisa mencapai 50.000 merchant aktif.
"Tahun 2024 ini target kami di 50.000 merchant aktif. Untuk tahun 2023 kami sudah pecah di atas 22.000 Livin Merchant," katanya.
Evi menyebut Livin Merchant tidak hanya memudahkan pelaku UMKM bertransaksi, namun juga membantu dalam administrasi.
Melalui digitalisasi administrasi pelaku UMKM bisa melihat stok dagangan secara realtime. Dengan bergabung Livin Merchant, pelaku UMKM bisa mendapat kemudahan pembiayaan hingga promosi.
"Karena ketika tergabung dalam Livin Merchant itu tidak hanya DIY, tetapi nasional. Sehingga bisa sekaligus promosi. Juga ada kemudahan pembiayaan," terangnya.
"Keuntungan pengguna Livin Merchant sangat mudah dalam transaksi, nggak ribet, nggak perlu menyiapkan kembalian. Bahkan nggak mengenal hari libur atau tanggal merah. Pembayaran langsung masuk," lanjutnya.
Sementara secara nasional, sejak diluncurkan pada Oktober 2021 silam, Livin' by Mandiri telah digunakan oleh 27,6 juta nasabah.
Data itu merupakan data hingga kuartal ketiga 2024.
Dari jumlah tersebut, total nilai transaksi Livin' by Mandiri telah mencapai Rp2.940 triliun dengan frekuensi transaksi 2,7 miliar transaksi.
Tentunya semakin bertambahnya pengguna Livin’ by Mandiri, akan semakin banyak mengurangi jejak karbon dari distribusi uang fisik.
Selain itu juga mengurangi penggunaan kertas untuk keperluan struk pembayaran yang artinya mendukung program ekonomi hijau.
Penggunaan QRIS Bantu Jaga Alam
Dosen Prodi Ekonomi Fakultas Ekonomi Sosial Universitas Amikom Yogyakarta, Dr Ismadiyanti Purwaning Astuti SE,M.Sc menyebut QRIS saat ini sudah menjadi kebutuhan masyarakat.
QRIS sudah banyak dimanfaatkan oleh sejumlah kalangan, termasuk para pelaku UMKM, warung hingga perusahaan-perusahaan.
“Generasi sekarang lebih banyak yang mulai menggunakan QRIS untuk pembayaran dari pada uang tunai. Orang lebih suka menggunakan QRIS dari pada uang tunai, meski tidak dipungkiri masih ada yang lebih senang menggunakan uang tunai,” katanya.
Dr Isma menyebut, penggunaan QRIS secara tidak langsung ikut mendukung program ekonomi hijau.
Sebab, dengan menggunakan QRIS, bisa mengurangi penggunaan kertas, baik itu untuk mencetak uang, struk atau untuk keperluan lainnya.
Dengan begitu, bisa mengurangi penebangan pohon yang digunakan untuk pembuatan kertas.
Isma pun mendorong, pihak perbankan untuk terus menggencarkan sosialisasi penggunaan QRIS ini kepada seluruh lapisan masyarakat.
Sebab, menurutnya, selama ini QRIS lebih banyak digunakan di wilayah perkotaan saja.
Sementara di kalangan masyarakat pedesaan atau pedalaman, masih sangat kurang.
Kemudian juga memberikan support dalam bentuk lain, mulai dari pelatihan langsung kepada masyarakat, kemudahan bertransaksi, dan pengurangan biaya administrasi.
“Sekarang QRIS sudah bagus, hanya memang kalangan perbankan harus meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat supaya penggunaan QRIS bisa lebih besar lagi sehingga secara tidak langsung masyarakat ikut menyukseskan program ekonomi hijau yang dijalankan oleh kalangan perbankan,” pungkasnya. (has)