TRIBUNJOGJA.COM, MAGELANG – Seluruh warga Kampung Diwak, Desa Karangkajen, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang, harus direlokasi karena wilayahnya terdampak proyek pembangunan jalan tol Bawen-Yogyakarta.
Di kampung ini terdapat sekitar 70-an KK dengan 200-an jiwa yang akan melakukan bedol desa.
Warga pun sepakat untuk mengikuti relokasi bersama Kepala Desa Karangkajen yang juga terdampak proyek tol.
Adapun lokasi relokasi berjarak sekitar 200-300 meter dari lokasi awal, yang masih berada di wilayah Desa Karangkajen.
“Untuk saat ini, proses dari pihak tol sudah mulai dilakukan. Sebagian warga sudah menerima pembayaran,” kata salah satu tokoh masyarakat setempat, Irfandi saat dihubungi, Jumat (28/12/2024).
Dia mengatakan, dari 70-an KK terdampak, baru sekitar 12-an orang yang sudah menerima uang ganti rugi (UGR) pada tahap pertama, Selasa (24/12/2024) lalu.
Adapun sisanya masih menunggu giliran pencairan.
Terkait rencana relokasi, Irfandi menjelaskan jika lokasi relokasi belum siap sepenuhnya karena meratakan lahan memerlukan biaya cukup besar.
“Kemungkinan nanti proses perataan lahan akan dipercepat pada bulan Januari,” ujarnya.
Dia melanjutkan, kepala desa sempat berkeinginan untuk menghibahkan lahan seluas 40.000 meter persegi untuk relokasi 70 KK.
Namun Irfandi menyebut ada aspirasi warga yang menginginkan transaksi jual beli.
“Istilahnya hibah, bukan wakaf. Pak Ari (kepala desa) juga sudah menawarkan penggunaan lahan tersebut. Nantinya, sertifikat akan dipecah untuk masing-masing warga. Namun, warga tetap menginginkan ada transaksi jual beli,” imbuh Irfandi.
Irfandi juga menyebut bahwa rumahnya terkena proyek tol Jogja-Bawen, dengan luas tanah 188 meter persegi berdasarkan hasil verifikasi. Namun, UGR untuk tanahnya belum diterima.
Kepala Dusun Karangtengah, Budi Haryanto menambahkan, selain Kampung Diwak, Budi menyebut bahwa beberapa fasilitas umum seperti Kantor Desa Karangkajen, bangunan masjid, dan TPA juga terkena proyek tol.
Warga sebelumnya pernah melakukan kerja bakti di lokasi relokasi pada awal tahun 2022, tetapi hingga kini belum ada kegiatan kerja bakti lanjutan.
“Untuk sekarang, kami menunggu musyawarah dusun. Lahan relokasi baru dibersihkan dari pohon-pohon dan belum diratakan,” ujarnya.
Ganti Rugi Tanah 30 Cm
Mulyanto, seorang warga Desa Karangkajen, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang, menjadi salah satu pemilik lahan yang terdampak proyek Jalan Tol Jogja-Bawen.
Menariknya, lahan milik Mulyanto yang terdampak hanya seluas 30 sentimeter persegi. Dia pun mendapat uang ganti rugi (UGR) sebesar Rp 254.476.
"Yang kena cuma 30 sentimeter. Tanah saya luasnya sekitar 1.100 meter persegi untuk sawah. Biasa saya tanami padi dan jagung," kata Mulyanto di Balai Desa Karangkajen disela prosesi pembayaran UGR Jalan Tol Jogja-Bawe, Selasa (24/12).
Lahan yang terkena pembangunan tol berada di tengah-tengah sawahnya. Meski begitu, Mulyanto menyatakan dirinya ikhlas.
"Nggih (iya), ikhlas untuk negara," katanya.
Rencananya, uang itu akan digunakan untuk jajan cucu-cucunya.
Ayah tiga anak ini mengaku telah memiliki tiga cucu yang masih kecil.
Dua di antaranya duduk di bangku sekolah dasar kelas 1 dan 2, sedangkan satu lagi baru berusia satu tahun.
"Buat jajan cucu saja," ujarnya.
Namun, Mulyanto mengungkapkan bahwa dia sebenarnya berharap seluruh lahannya terkena proyek tol.
"Di sebelah sudah kena, dua tempat. Rasanya lebih baik kalau semuanya kena saja," tambahnya.
Dia melanjutkan, proses ganti rugi ini memakan waktu cukup lama.
Mulyanto mengaku harus menunggu sekitar tiga tahun sejak proses awal sosialisasi.
Awalnya, dia mengira lahannya tidak akan terdampak karena berada di luar area patok trase tol.
"Ternyata setelah dicek, ada 30 sentimeter yang kena," jelasnya.
Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Magelang, mengatakan bahwa pembayaran ganti rugi untuk lahan terdampak proyek tol di Desa Karangkajen telah selesai pada akhir tahun ini.
Total ada 78 bidang terdampak dengan luas mencapai 4,4 hektare dan nilai ganti rugi sekitar Rp 76 miliar.
"Ada yang memiliki lebih dari satu bidang. Misalnya, satu orang memiliki tujuh bidang, empat bidang, atau lima bidang. Bahkan, kepala desa memiliki 19 bidang yang terdampak," ungkap Yani.
Ia juga menyebutkan bahwa ukuran lahan terdampak sangat bervariasi.
"Lahan terkecil yang kena hanya 0,3 meter persegi. Bayangkan, sekecil itu tetap terdeteksi oleh tim kami. Jadi kalau ada yang bilang ada meteran hilang, itu tidak mungkin," tegasnya. (Tribunjogja.com/tro)