Kekhususan Shalat Sunah Fajar dalam Berbagai Sisi

Penulis: Tribun Jogja
Editor: Joko Widiyarso
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Shalat Sunnah Rawatib

TRIBUNJOGJA.COM – Shalat Sunnah Fajar merupakan salah satu ibadah yang memiliki kedudukan istimewa dalam islam.

Sunnah fajar adalah shalat sunnah rawatib yang mengiringi shalat wajib, dan menjadi salah satu amalan utama yang diajarkan Rasulullah SAW untuk menambah keberkahan seorang Muslim.

Baca juga: Sunah-Sunah Sebelum Tidur: Hikmah dan Manfaatnya untuk Kehidupan Sehari-hari

Shalat sunnah fajar memiliki kekhususan dari beberapa sisi, antara lain: 

1. Shalat sunnah disya’riatkan, baik dalam keadaan safar (bepergian) maupun muqim (tidak bepergian).

Adapun shalat rawatib yang lain, sunnahnya adalah ditinggakan dalam keadaan safar.

2. Ganjarannya lebih baik daripada dunia dan seisinya, sebagaimana sabda Rasulullah, 

رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنْ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا

“Dua raka’at (sunnah) Fajar itu lebih baik daripada dunia dan apa yang ada di dalamnya .” (HR Muslim:1193) 

3. Disunnahkan untuk dilaksanakan secara ringan, hal ini ditunjukan oleh hadits Aisyah,  “Rasulullah biasa shalat dua rakaat Fajar (qabliyah shubuh) dengan diperingan sampai aku mengatakan; Apakah beliau pada dua rakaat tersebut membaca al-Fatihah?” (HR Bukhari : 1095 dan Muslim: 1189)

Namun, melaksanakan atau tidak shalat ini tidak berakibat mengurangi yang wajib.

4. Disunnahkan setelah membaca Surah al-Fatihah pada rakaat pertama membaca Surah al-Kafirun dan al-Ikhlas pada raka’at kedua.

Atau pada rakaat pertama membaca, 

قُوْلُوْٓا اٰمَنَّا بِاللّٰهِ وَمَآ اُنْزِلَ اِلَيْنَا وَمَآ اُنْزِلَ اِلٰٓى اِبْرٰهٖمَ وَاِسْمٰعِيْلَ وَاِسْحٰقَ وَيَعْقُوْبَ وَالْاَسْبَاطِ وَمَآ اُوْتِيَ مُوْسٰى وَعِيْسٰى وَمَآ اُوْتِيَ النَّبِيُّوْنَ مِنْ رَّبِّهِمْۚ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ اَحَدٍ مِّنْهُمْۖ وَنَحْنُ لَهٗ مُسْلِمُوْنَ

Katakanlah (wahai orang-orang yang beriman), “Kami beriman kepada Allah, pada apa yang diturunkan kepada kami, pada apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya‘qub dan keturunannya, pada apa yang diberikan kepada Musa dan Isa, serta pada apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka dan (hanya) kepada-Nya kami berserah diri.”

Dan pada rakaat kedua membaca,

قُلْ يَٰٓأَهْلَ ٱلْكِتَٰبِ تَعَالَوْا۟ إِلَىٰ كَلِمَةٍ سَوَآءٍۭ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَلَّا نَعْبُدَ إِلَّا ٱللَّهَ وَلَا نُشْرِكَ بِهِۦ شَيْـًٔا وَلَا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِّن دُونِ ٱللَّهِ ۚ فَإِن تَوَلَّوْا۟ فَقُولُوا۟ ٱشْهَدُوا۟ بِأَنَّا مُسْلِمُونَ

Katakanlah (Nabi Muhammad), “Wahai Ahlulkitab, marilah (kita) menuju pada satu kalimat (pegangan) yang sama antara kami dan kamu, (yakni) kita tidak menyembah selain Allah, kita tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun, dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan-tuhan selain Allah.” Jika mereka berpaling, katakanlah (kepada mereka), “Saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang muslim.”

5. Disunnahkan idhthija’ (berbaring) ke sebelah kanan setelah melaksanakan shalat Sunnah Fajar.

Hal ini biasa dilakukan oleh Rasulullah, 

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ: كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا صَلَّى رَكْعَتَيْ الْفَجْرِ اضْطَجَعَ عَلَى شِقِّهِ الْأَيْمَنِ 

Dari Aisyah, ia berkata, “Nabi biasa jika selesai shalat dua rakaat Fajar, beliau berbaring ke sebelah kanannya.” (HR Bukhari: 1090)

Baca juga: Malam Nuzulul Quran: Sejarah, Amalan Sunnah dan 5 Bacaan Doa

Shalat Sunnah fajar merupakan amalan ringan, namun memiliki nilai yang sangat besar di sisi Allah.

Sebuah ibadah ringan dengan pahala besar, bukankah itu sebuah investasi akhirat yang luar biasa?

Dengan memahami kekhususannya, diharapkan umat muslim dapat menjadinnya kebiasaan yang konsisten dalam kehidupan sehari-hari.

(MG Alya Hasna Khoirunnisa)

Berita Terkini