Selama tiga puluh tahun pengabdiannya sebagai akademisi di bidang sastra prancis, Prof. Wening banyak menelurkan kajian-kajian lintas sektor dan disiplin dalam lingkup sosial humaniora.
Bagi Prof. Wening, mempelajari budaya dan sastra prancis sudah menjadi bagian dari sisi kehidupannya.
Sejak kecil, ia dibesarkan oleh keluarga yang kental dengan budaya dan seni.
Kemudian dari sanalah ia mengenal lagu-lagu dan film Prancis, seperti film Alain Delon, serta musik karya Christophe dan Serge Gainsbourg.
Kecintaannya akan sastra dan budaya prancis juga ia tuangkan dalam karya tesisnya yang membahas tentang interpretasi mitos Jawa Rara Jonggrang dan Rara Mendut dengan teori strukturalisme Claude Levi-Strauss.
Kontribusi Prof. Wening dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan budaya Prancis terus berlanjut.
Ia menjadi salah satu pionir penguji Diplôme d'Etude en Langue Française (DELF) ketika pertama kali diselenggarakan.
Hasil risetnya bertema sastra, gender, sexualitas, konflik, media, identitas, hingga analisis konflik wacana banyak mengutip teori tokoh besar Prancis.
“Saya termasuk orang yang beruntung. Ini sekaligus menjadi tantangan bagi saya. Harapannya saya bisa berkontribusi lebih baik dengan kajian prancis yang selama ini menjangkar kuat membentuk peradaban dunia,” ungkap Prof. Wening.
Wakil Rektor UGM ini juga berpesan pada para akademisi agar terus berkarya dan mengabdikan diri untuk pendidikan dan masyarakat.
Jangan lelah untuk membentuk diri melalui karya dan riset, karena apresiasi akan datang dari mana saja. ( Tribunjogja.com )