Pilkada Serentak 2024

Pilkada 2024: Angka Golput Jakarta Capai 42 Persen Menurut Hasil Quick Count Litbang Kompas

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pilkada 2024 Angka Golput Jakarta Capai 42 Persen Menurut Hasil Quick Count Litbang Kompas

TRIBUNJOGJA.COM - Hasil quick count Litbang Kompas untuk Pilkada Serentak 2024 di Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur menunjukkan, Jakarta memiliki angka golongan putih (golput) tertinggi.

Angka golput Pilkada Jakarta 2024 mencapai 42,07 persen dengan suara tidak sah 4,6 persen dan suara sah 53,33 persen.

Selanjutnya, angka golput tertinggi ada di Pilkada Jawa Barat 2024 yaitu 33,66 persen dengan suara tidak sah 2,75 persen dan suara sah 63,59 persen. 

Angka golput tertinggi urutan ketiga adalah Pilkada Jawa Timur 2024 yaitu 30,15 persen dengan suara tidak sah 3,84 persen dan suara sah 66,01 persen. 

Terakhir, Pilkada Jawa Tengah 2024 memiliki angka golput sebesar 26,44 persen dengan suara tidak sah 5,21 persen dan suara sah 68,35 persen. 

Sebagai informasi, quick count Litbang Kompas pada Pilkada 2024 menggunakan metode random sampling terhadap 400 tempat pemungutan suara (TPS) di setiap provinsi, dengan margin of error sebesar 1 persen. 

Kata peneliti senior Indikator soal tingginya angka golput Pilkada Jakarta 2024

Diwartakan Kompas.com, Kamis (28/11/2024), pemilih mengaku golput karena beberapa alasan, mulai dari persoalan teknis yang membuat mereka enggan mengunjungi TPS, hingga alasan ideologis seperti menilai tak ada kandidat yang cocok untuk diberi mandat menjadi pemimpin. 

Di sisi lain, sejumlah tokoh berpengaruh secara terang-terangan mendukung salah satu pasangan calon gubernur dan wakil gubernur.

Sebagai contoh pada Pilkada Jakarta 2024, Presiden RI Prabowo Subianto dan mantan Presiden RI Joko Widodo secara terbuka memberi dukungan terhadap pasangan nomor urut 1, Ridwan Kamil-Suswono. 

Adapun dua mantan Gubernur Jakarta, Anies Baswedan dan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mendukung pasangan calon nomor urut 3, Pramono Anung-Rano karno yang diusung PDI-P. 

Peneliti Senior Indikator, Hendro Prasetyo, menjelaskan bahwa efektivitas endorsement sangat bergantung pada wilayah dan tingkat pengaruh tokoh yang memberikan dukungan. 

"Pak Jokowi itu memiliki kekuatan yang besar di Jawa Tengah. Ingat pileg dan pilpres kemarin. Salah satu temuan solid kami adalah Pak Prabowo mendapatkan dukungan besar karena didukung Pak Jokowi," ucap Hendro. 

Namun, ketika Jokowi melakukan hal yang sama di Jakarta, dampak endorsement yang didapatkan berbeda dibandingkan di Jawa Tengah. 

Sebaliknya, Prabowo memiliki pengaruh lebih kuat di wilayah seperti Banten, di mana Jokowi tidak pernah menang. 

Hendro juga mengungkapkan, strategi lain seperti pemberian sembako, memiliki daya tarik besar bagi pemilih, meski tindakan itu dilarang. 

Halaman
12

Berita Terkini