Padahal pada 2020 lalu, share sektor pertanian di Kabupaten Klaten mencapai 10,9 persen.
Adapun jika dilihat dari penyerapan tenaga kerja, penduduk Kota Bersinar yang bekerja di sektor pertanian hanya 17,16 persen dari total penduduk bekerja sebanyak 623.119 orang.
Jumlah tersebut lebih sedikit dibanding jumlah penduduk yang bekerja di sektor jasa mencapai 48 persen dan manufaktur 30 persen.
"Akibatnya produktivitas di sektor pertanian kalah dengan produktivitas sektor manufaktur dan jasa. Produktivitas sektor pertanian pada 2023 mencapai Rp 44 juta. Sementara produktivitas sektor manufaktur rata-rata mencapai Rp110 juta dan jasa Rp66 juta. Sehingga orang-orang lebih milih bekerja di sektor dengan penghasilan tinggi, mungkin jadi karyawan pabrik atau sektor manufaktur lain," tuturnya.
Selain itu, pendidikan juga menjadi tantangan terbesar sektor pertanian di Kabupaten Klaten.
Sebab, menurut hasil survei angkatan kerja, mayoritas warga Klaten yang berkecimpung di sektor pertanian memiliki pendidikan SD ke bawah (54 persen).
Sedangkan yang berpendidikan lulusan SMP-SMA 41 persen dan lulusan perguruan tinggi hanya 4,28 persen.
Adapun terkait potensi pertanian di Kabupaten Klaten, Rudi menyampaikan komoditas yang paling banyak diusahakan petani Bumi Bersinar antara lain padi, jagung, sapi potong, ternak ayam kampung, ternak kambing potong, tanam pohon sengon, pisang kepok, ubi kayu, hingga cabai rawit.
Disebutkan tanaman padi paling banyak dibudidayakan di Kecamatan Cawas, Trucuk, dan Karangdowo.
Lalu, pertanian jagung paling banyak di Kecamatan Tulung, Trucuk, dan Jatinom.
Sapi potong banyak diternakkan di Kecamatan Kemalang, Jatinom, dan Manisrenggo. Sementara peternakan ayam kampung banyak di Kecamatan Trucuk dan Kemalang.
"Karena itu, kami berharap hasil survei sensus pertanian 2023 tersebut bisa menjadi suport bagi pemerintah atau stakeholder agar merumuskan kebijakan yang tepat di sektor pertanian. Selain itu, potensi-potensi yang ada di tiap wilayah juga bisa lebih dikembangkan lagi," katanya.
Kegiatan siang itu juga menghadirkan narasumber dari Universitas Gajah Mada (UGM), Profesor Catur Sugiyanto. Ketua Program Doktor Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UGM itu menyampaikan untuk mengoptimalisasi potensi sektor pertanian dibutuhkan peran anak muda.
Lantaran, anak muda dinilai memiliki gaya bertani yang berbeda dengan orang tua.
Dia menilai, rata-rata anak muda cenderung menginginkan hasil pertanian yang besar dan cepat, sehingga produk yang ditanam memiliki produktivitas bulanan.