Laporan Reporter Tribun Jogja, Ardhike Indah
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Sosok dr. Dyah Anggraeni M.Kes., Sp.PK, bisa menjadi inspirasi bagi siapapun.
Perempuan kelahiran Semarang, 61 tahun silam ini dikenal sebagai dokter sekaligus pebisnis, yang pengalamannya telah malang-melintang.
Sebagai pebisnis, Dokter Dyah tak lepas dari kiprahnya membesarkan Laboratorium CITO yang merupakan peninggalan orangtuanya, ayah Alm. H. Achmad Djoeahir, dan ibu Almh Hj. Rodhiyah.
Dokter Dyah menjadi generasi kedua penerus bisnis Laboratorium CITO yang telah berdiri sejak tahun 1967.
Kiprahnya sebagai seorang dokter, hingga menjadi pebisnis kini telah dirangkum dalam sebuah buku berjudul Creative Lady Doctorpreneur, yang secara resmi diluncurkan pada Rabu (11/9/2024).
Buku setebal 232 halaman itu berisi tentang perjalanan hidup Dokter Dyah, yang terangkum dalam 10 Bab.
Dyah mengatakan, kehadiran buku tersebut sebagai sarana berbagi pengalaman kepada keluarga, rekan bisnis, dan para calon-calon entrepreneur perempuan di Indonesia.
Meski hanya untuk kalangan terbatas, buku biografinya diharapkan bisa menjadi inspirasi dan motivasi bagi siapapun yang membacanya.
Baca juga: Mahasiswa UGM Kembangkan Media Pembelajaran Interaktif untuk Anak Gangguan Mental
"Khususnya bagi calon enterpreneur wanita, karena sekarang harus menjaga keseimbangan antara keluarga dan bekerja, bahkan mungkin juga masih berorganisasi yang lain. Nah, ini adalah inspirasi yang coba saya bagikan, bukan hanya riwayat hidup saya, tapi juga tentang perjalanan bisnis, dan bagaimana untuk bertahan dan mengembangkan Laboratorium CITO," kata, istri dari dr. Haryadi Ibnu Junaedi, Sp.B.
Dia ini menyampaikan, materi dalam buku berisikan tentang berbagai hal dari perjalanan orang tua, dirinya dan keluarga, mulai pendidikan dari SD sampai lulus pasca sarjana, pekerjaannya sebagai dokter, hingga pengembangan Laboratorium CITO.
Termasuk jatuh bangun bisnis, dan bagaimana strategi melewati masa-masa sulit saat itu.
"Di dalam buku ini juga terangkum bagaimana saya belajar mempersiapkan diri menjadi seorang entrepreneur yang tadinya adalah seorang dokter, dan karyawan di sebuah rumah sakit, hingga saya memutuskan menjadi trainer dan menggarap secara profesional. Jadi, walaupun ini adalah sebuah family bisnis, akan tetapi kita mengembangkannya secara profesional," jelasnya.
Melalui buku tersebut, Dyah menyiratkan pesan, apapun profesi yang tengah dijalani, janganlah menyerah.
"Jangan pernah berhenti bermimpi ya, dan banyak-banyak belajar, karena belajar kemudian menerapkan apa yang sudah kita pelajari itu akan membuat kita semakin kaya dengan wawasan, dan bisa menuju ke arah keberhasilan mewujudkan cita-cita," ujarnya.
Founder & Chairman Markplus, Hermawan Kertajaya yang hadir dalam kesempatan tersebut juga turut memberikan ulasan mendalam mengenai isi buku.
Hermawan menyoroti ketangguhan dan kreativitas Dyah dalam mengembangkan Laboratorium CITO, salah satu laboratorium medis terkemuka di Indonesia.
"Kalau melihat angka statistik, mestinya Indonesia bisa punya womenpreneur dalam jumlah besar," ujar Hermawan.
Ditambahkan, meskipun pertumbuhan jumlah entrepreneur wanita semakin meningkat, proporsinya masih belum seimbang dibandingkan jumlah populasi wanita di Indonesia.
Hermawan juga menekankan pentingnya peran wanita dalam sektor-sektor yang sebelumnya didominasi oleh pria.
"Saya terus terang mengharapkan bukan hanya semakin banyak wanita yang menjadi entrepreneur, tetapi secara proporsi juga semakin membaik," pungkasnya. (*)