Wonderful Riau Island

Kue Batang Buruk, Makanan Khas Kepri yang Penuh Filosofi, Begini Sejarahnya

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kue Batang Buruk, Makanan Khas Kepri yang Penuh Filosofi, Begini Sejarahnya

Salah satu di antara para tamu yang datang ke istana adalah Raja Andak, lelaki idaman Wan Sinari. 

Semua tamu mencicipi kue buatan Wan Sinari untuk pertama kali. 

Sebagian besar dari para tamu tersebut merasa malu, sebab ketika mereka menggigit, kue, serpihan kue yang dimakan jatuh mengotori pakaian. 

Hanya Raja Andak yang tak terkecoh dengan kue buatan Wan Sinari. 

Ketika menyantap Kue Batang Buruk, tak ada serpihan yang jatuh di pakaian Raja Andak. 

Peristiwa tersebut menjadi latar belakang dan alasan mengapa kue yang dibuat Wan Sinari diberi nama “Kue Batang Buruk”.

“Biar pecah di mulut jangan pecah di tangan” itulah filosofi Kue Batang Buruk.

Artinya, seseorang bangsawan harus mempunyai etika pada saat makan, tak terkecuali saat sedang mencicipi sesuatu.

Jika seseorang bangsawan terburu-buru dan ceroboh saat makan atau mencicipi makanan, maka mencerminkan betapa buruknya tingkah laku bangsawan tersebut. 

Hal tersebut menjadi pesan bijak dari sebuah kudapan kalangan bangsawan melayu.

Untuk itu, kue tersebut diberi nama Kue Batang Buruk.

Cara membuat Kue Batang Buruk

Kue Batang Buruk makanan khas Kepulauan Riau (Kepri) (DOK. Pemerintah Kabupaten Bintan)

Mengutip laman resmi Dinas Kebudayaan Kepri disbud.kepriprov.go.id, Kue Batang Buruk terbuat dari tepung gandum yang dicampur dengan tepung beras dan tepung kelapa.

Ketiga tepung tadi dicampur, diuli, dibuat menjadi adonan, kemudian dibentuk menjadi silinder bulat berongga.

Sisi-sisi silinder ditutup dengan serbuk kacang hijau yang di goreng.

Pada 2021, Kue Batang Buruk resmi ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda asal Kepri oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendikbud RI).

Halaman
1234

Berita Terkini