Sebelumnya, volume kubah lava puncak barat daya lebih besar di banding kubah lava yang tumbuh menjulang di Tengah kawah Merapi.
Kedua kubah lava ini terbentuk sejak 4 Januari 2020, atau dua bulan setelah status aktivitas vulkanik Merapi naik dari Waspada ke Siaga (Level III).
Data terakhir hasil analisis dan pengamatan BPPTKG Yogyakarta sepanjang 22-28 Maret 2024, aktivitas Merapi masih didominasi guguran dan kegempaan fase banyak.
Tidak tercatat ada perubahan signifikan terkait kembang kempis (deformasi) tubuh gunung paling aktif dan paling berbahaya di Indonesia ini.
Sepekan terakhir, gempa Vulkanik Dangkal (Vb) terpantau ada peningkatan cukup signifikan, yang menandai aktivitas magma di permukaan yang umumnya diakhiri keluarya lava.
Masih tingginya aktivitas gunung berapi ini membuat status Merapi masih di posisi Siaga atau Level III, dengan berbagai rekomendasi yang belum berubah.
Radius bahaya utama terbagi di tiga sektor pada radius antara 3 hingga 7 kilometer dari puncak. Radius terjauh meliputi sektor bara daya dari puncak.
Ini radius yang berpotensi dijangkau luncuran awan panas guguran, yaitu mengarah ke wilayah perbatasan Sleman-Magelang di sekitar Wonokerto Turi Sleman hingga Srumbung Magelang.
Sementara di sektor selatan radius bahaya yang diprediksi mencakup area 5 kilometer dari puncak, terutama di aliran Kali Gendol, Kali Kuning, hingga Kali Boyong.
Sementara di sektor Tenggara di alur Kali Woro wilayah Klaten, radius bahaya utama mencakup area sejauh 3 kilometer dari puncak.
BPPTKG Yogyakarta juga meprediksi jika terjadi letusan eksplosif, radius lontaran material keras bisa mencapai jarak maksimal 3 kilometer dari puncak.
Situasi di seputaran kawasan wisata Kaliurang dan lava tour Kali Kuning, Kinahrejo dan sekitarnya sejauh ini masih normal.
Hujan abu tipis dilaporkan terjadi di kawasan barat daya dan barat gunung, antara lain kawasan tambang Ngori hingga Jurang Jero. (Tribunjogja.com/xna)