TRIBUNJOGJA.COM, KULON PROGO - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kulon Progo mencatat kenaikan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) pada Maret 2024 ini.
Peningkatan kasusnya pun cukup signifikan dibandingkan periode yang sama pada 2023 lalu.
Kepala Dinkes Kulon Progo, Sri Budi Utami juga menyebut siklus puncak DBD cenderung memendek selama beberapa tahun terakhir.
"Kalau Kulon Progo kan (siklus DBD) biasanya 6 tahunan, tapi kali belum 6 tahun kok sudah meningkat," ujar Budi ditemui di Aula Adikarta, Sekretariat Daerah Kulon Progo, Rabu (27/03/2024).
Mengacu pada data yang diberikan, siklus 6 tahunan di Kulon Progo terakhir terjadi pada 2016 lalu dengan 381 kasus DBD.
Namun di 2020 atau 4 tahun setelahnya, puncak siklus sudah terjadi dengan 348 kasus.
Menurut Budi, kondisi serupa juga terjadi di 2022 lalu, yang hanya berjarak 2 tahun dari 2020.
Saat itu tercatat sebanyak 311 kasus DBD, yang mana ada 6 kasus kematian.
"Saat 2022 lalu kami juga masih berjibaku dengan COVID-19, sehingga penanganan kurang begitu maksimal," jelasnya.
Budi menilai perubahan cuaca turut berpengaruh terhadap perubahan siklus tahunan DBD di Kulon Progo.
Nyamuk yang menyebarkan DBD pun dinilai mulai mampu beradaptasi dengan perubahan tersebut.
Itu sebabnya, ia tak menutup kemungkinan jika di musim kemarau pun kasus DBD di Kulon Progo tetap ada.
Tidak seperti anggapan selama ini jika penyakit tersebut hanya meningkat di musim hujan.
"Yang pasti kami tetap waspada dan semoga tidak terjadi kematian lagi," kata Budi.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P), Dinkes Kulon Progo, Arif Mustofa mengatakan selama Januari—Maret 2024 tercatat ada 255 kasus DBD. Peningkatan terjadi pada Maret dengan 113 kasus DBD.
Jumlahnya meningkat dibanding periode yang sama tahun lalu, yang jumlahnya mencapai 154 kasus DBD.
Namun, tidak ada kasus kematian yang dilaporkan akibat DBD sejauh ini.
"Kasus kematian terakhir akibat DBD di Kulon Progo terjadi pada 2022 lalu dengan 6 orang meninggal dunia," kata Arif.(*)