Berita DI Yogyakarta Hari Ini

Masyarakat Antusias Saksikan Video Mapping 'Sumonar 2023' di Titik Nol Kilometer Yogyakarta

Penulis: Hanif Suryo
Editor: Gaya Lufityanti
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Masyarakat antusias saksikan video mapping 'Sumonar 2023' di Titik Nol Kilometer, Yogyakarta, Jumat (1/12/2023) malam.

TRIBUNJOGJA.COM - Hujan gerimis tak menyurutkan antusiasme ratusan masyarakat untuk berbondong-bondong datang memadati kawasan Titik Nol Kilometer Kota Yogyakarta , Jumat (1/12/2023) malam, untuk menyaksikan festival video mapping dan seni cahaya bertajuk 'Sumonar 2023'.

Satu di antaranya yakni Lambang (21) pemuda asal Prambanan, yang sejak pukul 18.00 WIB sudah mencari posisi terbaik untuk mengabadikan video mapping karya para seniman.

"Memang sengaja menyempatkan waktu untuk mengabadikan momen setahun sekali ini. Meski harus hujan-hujanan, cukup puas rasanya menyaksikan karya-karya dari seniman cahaya," terang Lambang.

Di tahun ini, Sumonar tetap memanfaatkan ruang publik yakni Gedung BNI di kawasan Nol Kilometer sebagai tempat presentasi karya seni cahaya dari 9 seniman yang berasal dari berbagai daerah, dari DI Yogyakarta, Bandung hingga Bali.

Adapun 9 seniman yang mempresentasikan karya seni cahayanya yakni Amaya Madrigal, Angel Sandimas, Ari Dykier, Cutemonster by Nindhita, Fanikini, Furyco, Hendry Prasetya, Indieguerillas, Jonas Sestakresna, Kevin Rajabuan, Rodar Studio serta Studio Gambar Gerak.

Baca juga: Tayang Perdana di Jogja-NETPAC Asian Film Festival 2023, Serial Tira Dapat Sambutan Meriah

Selain itu, ada 1 karya video mapping hasil dari Program Workshop Video Mapping yang diselenggarakan beberapa hari lalu. 

Direktur Sumonar 2023 Raphael Donny menjelaskan,  main show video mapping performance di Gedung BNI di Kawasan Nol Kilometer Kota Yogyakarta akan digelar dari 1-3 Desember 2023 mendatang.

"Main Show Video Mapping Performance dapat disaksikan mulai dari pukul 18.30 WIB untuk umum tanpa dikenakan biaya," terang Donny.

Dijelaskannya, lokasi tersebut dipilih lantaran berlatar heritage (warisan dari zaman dulu), sekaligus jadi pembeda acara Sumonar tahun ini dengan yang sebelumnya. 

Diinisiasi oleh Jogja Video Mapping Project (JVMP) bekerja sama dengan Dinas kebudayaan DIY, Sumonar 2023 juga diadakan di Museum Affandi dari tanggal 25 November- 5 Desember 2023, menawarkan presentasi berbagai macam karya.

Tak hanya seni instalasi cahaya, namun juga karya dua dimensi dari beberapa seniman rupa Indonesia. 

Tahun ini, Sumonar mengusung tema 'Being as Such', atraksi yang ditawarkan berupa permainan seni cahaya dengan menyajikan karya maestro Indonesia yakni Affandi dan Sudjojono. 

Museum Affandi dipilih sebagai ruang presentasi utama untuk mengaktualisasi dan memaknai kembali pemikiran maestro Tanah Air. 

"Karya-karya maestro seni rupa selalu menyajikan visual bernilai magis, dikolaborasikan dengan seni digital and immersive, Sumonar mencoba meluaskan jangkauan dari karya tersebut kepada masyarakat yang akrab digital di masa ini. Hal ini sebagai upaya pemaknaan kembali apa yang telah ada dan menjangkau sejauh yang telah ada," terang Donny. 

Sementara Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Dian Laksmi Pratiwi berharap, Sumonar yang juga mengambil lokasi di museum tak hanya mendekatkan museum kepada masyarakat tetapi juga menjadi cara baru mengajak masyarakat mengenal lebih dalam karya para maestro seni lebih dekat. 

Lebih lanjut, Dian mengatakan bahwa Sumonar ini merupakan festival yang sangat dinantikan dan salah satu festival yang menguatkan inovasi dengan pemanfaatan informasi teknologi (IT). 

Pemda DIY melalui Disbud selalu akan memberikan dukungan penuh penyelenggaraan gelaran ini, karena ini menyangkut dengan Visi Misi Gubernur DIY dalam inovasi dan pemanfaatan IT.

"Gelaran Sumonar 2023 menjadi istimewa karena berani mengambil tantangan baru untuk diselenggarakan di Museum Affandi. Kami senantiasa berpikir mendekatkan museum tidak hanya kepada masyarakat tetapi ke berbagai sektor seni dan media untuk menjadi bagian promosi bersama," ujarnya.

Dian menaruh harapan agar Sumonar menjadi festival seni cahaya bergengsi yang kemudian dikenal luas.

Baca juga: Kolaborasi JAFF dan Pehagengsi Hadirkan Festival Film yang Partisipatif

Selain itu, titik - titik pertunjukan Sumonar ini juga mengambil obyek - obyek kebudayaan, salah satunya bangunan heritage.

Hal ini menjadi bagian persinggungan dengan kebudayaan yang sekiranya mampu mendukung festival Sumonar nantinya.

"Festival ini diharapkan mampu berdampak secara luas, menumbuh suburkan ekosistem khususnya seni cahaya di DIY dan tantangan kita untuk menjadi barometer Indonesia. Semoga seni cahaya ini mampu menjadi energi untuk merefleksikan, menggali nilai budaya, tingginya inovasi seni dan menjadi pencerah Yogyakarta yang gaung budayanya tidak pernah padam," harapnya.

Sementara itu, Kurator Sumonar 2023, Ignatia Nilu, ia ingin menjelajahi masa lalu saat menuju masa transisi politik 2024. 

Pada masa lalu, lanjutnya, sejarah memegang posisi penting dalam membangun common sense (akal sehat) atau common goal (tujuan bersama).

Transisi tersebut dimaknai untuk melihat mundur sebagai refraksi masa depan. 

"Melihat sejarah seni rupa indonesia sebagai identitas bangsa. Jejak kesejarahan ini coba kami telusuri melalui karya para maestro seni rupa Indonesia," pungkasnya. ( ADV )

Berita Terkini