Laporan Reporter Tribun Jogja Christi Mahatma Wardhani
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Dinas Perindustrian dan Perdagangan DIY memperkirakan beras masih akan menjadi komoditas penyumbang inflasi Oktober di DIY.
Impor beras bisa menjadi salah satu alternatif untuk menstabilkan harga.
Kepala Disperindag DIY, Syam Arjayanti mengatakan harga beras identik dengan ketersediaan dan kebutuhan.
Baca juga: UII Yogyakarta Sampaikan 8 Poin Pernyataan Sikap Terkait Konflik Israel - Palestina 2023
Ketersediaan beras sendiri selain ditopang dari produksi, juga tergantung pasokan dari luar.
"Inflasi Oktober kemungkinan masih dipengaruhi beras, sama gula, tetapi semoga nggak. Karena beras ini kan kebutuhan pokok. Harganya naik Rp500 aja bisa membuat inflasi," katanya, Kamis (12/10/2023).
"Angka kebutuhan kita itu lebih tinggi dari angka produksinya. Nah kalau mau turun, alternatif terakhir ya harus impor. Pemerintah kan sudah mulai impor. Kalau kita pantau saat ini stagnan, nggak ada kenaikan. Semoga nggak naik lagi. Karena panen itu baru Februari 2024 panen raya Maret 2024, itu juga kalau hujan. Ya harapannya November 2023 sudah hujan," sambungnya.
Di sisi lain kebijakan impor beras akan merugikan petani. Sebab saat ini petani sedang merasakan harga gabah yang tinggi.
"Tetapi kasihan juga konsumen, kalau harga semakin tinggi, konsumen juga tertekan," lanjutnya.
Untuk menyeimbangkan harga, pihaknya telah mengusulkan Rp1 miliar dari APBD Perubahan untuk operasi pasar.
Selain itu, pihaknya terus berkomunikasi dengan Bulog dan Bapanas, termasuk Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan DIY untuk penyediaan beras murah bagi masyarakat. (maw)