TRIBUNJOGJA.COM, KULON PROGO - Dinas Pertanian dan Pangan (DPP) Kulon Progo mengklaim jika sektor pertanian masih aman dari potensi kekeringan di musim kemarau. Terutama untuk tanaman padi.
Sub Koordinator Seksi Produksi, Bidang Tanaman Pangan, DPP Kulon Progo, Kirmi, mengatakan para petani sudah melakukan antisipasi untuk musim kemarau.
"Ini juga berkaitan dengan pola tanam, sesuai Peraturan Bupati (Perbup)," jelasnya pada Minggu (24/09/2023).
Kirmi menjelaskan jika puncak panen raya padi sudah berlangsung pada Juli 2023 lalu.
Sebagian besar petani di Kulon Progo pun memilih untuk menyimpan gabah padi hasil panen.
Menurutnya, cara ini juga memastikan ketahanan pangan di masyarakat.
Sebab mereka sudah memiliki cadangan pangan di rumahnya masing-masing.
"Cara ini juga bisa menekan harga beras yang sedang melonjak," ujar Kirmi.
Ia juga memperkirakan akhir September ini petani akan memasuki musim tanam padi.
Lahan yang ditanami luasnya sekitar 3.798 hektare (ha) di seluruh wilayah Kulon Progo.
Penjabat (Pj) Bupati Kulon Progo, Ni Made Dwipanti Indrayanti, juga menyatakan jika pertanian aman dari potensi kekeringan.
Potensi ini lebih dialami sektor rumah tangga.
"Suplai air hingga produktivitas pertanian masih aman, tidak ada persoalan," ujar Made belum lama ini.
Ia mengacu pada data DPP Kulon Progo yang menyebut stok beras surplus di angka 36.905 ton.
Ia tak menampik jika harga gabah di tingkat petani meningkat, dari kisaran Rp5 ribu menjadi Rp7 ribu per kilogram (kg).
Menurut Made, salah satu cara yang bisa dilakukan untuk menstabilkan harga adalah lewat suplai pupuk bersubsidi.
Petani pun bisa terhindar dari kerugian.
"Secara otomatis harga beras di pasaran bisa seimbang juga," katanya.(*)