TRIBUNJOGJA.COM - Jika membuka Twitter atau media sosial lainya pasti kita menjumpai kata-kata OVT. Buat Tribunners yang bertanya-tanya apa OVT itu?
OVT pada dasarnya singkatan dari kata Bahasa Inggris yakni overthink atau overthinking.
Secara harafiah, overthink bisa diartikan berpikir sesuatu yang terlalu berlebihan dan berarti ini bukan hal yang baik.
Melihat Cambridge Dictionary, overthink adalah terlalu memikirkan (sesuatu): menghabiskan terlalu banyak waktu untuk memikirkan atau menganalisis (sesuatu) dengan cara yang lebih banyak bahayanya daripada manfaatnya.
Overthinking saat ini menjadi pembahasan yang melekat belakangan ini.
Biasanya ketika seseorang mengalami overthinking, justru ia menghambat penyelesaian masalah dan justru tidak mencari solusi atau jalan keluar.
Penyebab Overthinking
Overthinking berasal dari kata over (lebih) dan think (berpikir). Secara umum, overthinking didefinisikan sebagai perilaku atau kebiasaan memikirkan sesuatu secara berlebihan.
Overthinking dianggap hal negatif karena memberikan efek yang buruk untuk tubuh dan terus membuat seseorang hidup dalam kekhawatiran dan rasa takut.
Kebiasaan ini membuat seseorang berlarut-larut merenungi masa lalunya, mengkhawatirkan masa depan. Padahal pikiran itu tak akan benar-benar terjadi.
Menurut Berkeley Well-being, pada dasarnya, overthinking merupakan respons alami dari sistem pertahanan diri dan cenderung tidak dengan sengaja dilakukan.
Baca juga: Apa Itu BDSM? Begini Sejarah dan Ciri-ciri Orang yang Suka Sadomasokisme
Apa yang sering kali menjadi sasaran overthinking adalah perhatian berlebih pada masalah di kehidupan nyata seperti finansial, kesehatan, karier, hubungan, dan makna hidup.
Pikiran sering kali berjalan secara otomatis dan menjadi kebiasaan, yang berarti overthinking bisa menjadi sebuah kebiasaan tanpa kita sadari.
Oleh karena itu, seseorang perlu mengetahui dan mencari solusinya kenapa sering overthinking.
Dikutip Tribunjogja.com dari laman ugm.ac.id, Piskolog Wirdatul Anisa, overthinking memang menjadi masalah dalam kehidupan anak muda terutama mahasiswa zaman sekarang.
Ia mengatakan overthinking tak bisa diubah atau dihilangkan begitu saja.
“Overthinking adalah menggunakan terlalu banyak waktu untuk memikirkan suatu hal dengan cara yang merugikan serta overthinking dapat berupa ruminasi dan khawatir. Memang bukan hal yang mudah untuk mengubah kebiasaan overthinking,” ujar Nurul Kusuma Hidayati Psikolog dan peneliti Central Public Mental Health UGM.
Ruminasi bisa diartikan kecenderungan untuk terus memikirkan hal yang telah berlalu. Merasa hari ini akan lebih baik jika kemarin melakukan suatu hal juga merupakan salah satu bentuk masa lalu. Sedangkan khawatir adalah kecenderungan memikirkan prediksi yang negatif.
Untuk mengubah kebiasaan overthinking perlu kemauan dan tekad yang kuat. Namun, untuk mengurangi kebiasaan overthinking bisa dimulai dari menyadari apa yang sedang dipikirkan kemudian kita bisa mengarahkan pikiran ke arah yang lebih rasional.
“Kekhawatiran dimulai dari respons kita terhadap suatu hal yang berlebih,” imbuh Nurul.
Selain itu, khawatir dan ruminasi jika terus berlanjut dapat berubah menjadi catastrophizing yaitu salah satu bentuk distorsi kognitif. Ketika seseorang mengalami catastrophizing ia akan melebih-lebihkan dan memiliki pikiran yang tidak rasional serta merasa tidak mendapatkan jalan keluar.
“Sering kali seseorang yang mengalami catastrophizing tidak menyadari dan percaya bahwa mereka tidak punya kuasa atas kecemasan ekstrem yang mereka rasakan dan cenderung merasa tidak berdaya,” kata Wirdatul.
Baca juga: Arti Kata WTT, Bahasa Gaul Warganet di Sosial Media untuk Tukeran Barang
Sebenarnya pikiran negatif belum tentu salah, namun yang terpenting bagi kita adalah menyadari bahwa kita memiliki kendali atas pikiran tersebut.
Pikiran, perasaan, dan perilaku merupakan hal yang berkaitan sehingga ketika kita mampu untuk berpikiran positif maka akan muncul perilaku yang positif.
Untuk dapat berpikiran positif kita harus menilai suatu kejadian atau hal itu dimulai dari respons yang positif dahulu.
Adapun penyebab overthinkig:
- Kejadian traumatis masa lalu
Masih banyak orang menyepelekan rasa trauma dalam diri, tetapi sebenarnya kejadian traumatis ini bisa menimbulkan ketakutan dalam diri.
Sebab, traumatis itu sulit untuk dilupakan dan di masa depan dapat menjadi salah satu pemicu munculnya pikiran-pikiran negatif.
- Stres yang dialami
Masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari akan menumpuk dan menimbulkan stres jika tidak diselesaikan.
Stres yang dialami biasanya akan memunculkan pikiran-pikiran negatif yang berlebihan.
- Perbedaan antara ekspektasi dan realita
Jika Anda kerap berekspektasi tinggi, kemudian melihat kenyataan yang tidak sesuai dengan realita ini bisa saja memicu terjadinya overthinking.
- Tipe kepribadian
Tipe kepribadian melankolis yang bersifat perfeksionis, sangat sensitif, dan mudah berpikiran negatif akan cenderung berpeluang mengalami overthinking.
Ciri-ciri overthinking
Seseorang sering kali tidak menyadari jika dirinya sedang mengalami overthinking. Oleh karena itu, kita harus mengenali diri jika ada ciri-ciri atau gejala overthinking.
Berikut ini beberapa hal yang menjadi tanda-tanda bahwa Anda mengalami overthinking, yang sudah dirangkum Tribunjogja.com dari berbagai sumber.
- Memiliki kekhawatiran berlebih terhadap suatu hal.
- Sering mengkritik diri sendiri.
- Mudah merasa menyesal.
- Menghabiskan waktu memikirkan masa lalu atau mengkhawatirkan masa depan.
- Sering berandai-andai pada kejadian yang belum pernah terjadi.
- Memikirkan hal yang sama secara berulang-ulang.
- Berfokus pada masalah dan tidak berusaha menemukan solusi.
- Sulit membuat keputusan.
- Keputusan pribadi bergantung pada orang lain.
- Mengalami kesulitan tidur karena memikirkan banyak hal.
- Sering merasa lelah.
Lalu apa saja dampak overthinking?
Overthinking memang tak bisa diabaikan atau dianggap remeh, jadi Tribunners harus bisa segera menanganinya, kalau tidak bisa mengganggu beberapa aktivitas seperti:
- Mempengaruhi kesehatan fisik
Overthinking juga dapat mempengaruhi kondisi kesehatan fisik misalnya mengalami ganggua tidur, tubuh mudah terserang penyakit, dan kelelahan.
- Kecenderungan mengalami masalah mental
Terlalu memikirkan kekurangan diri dan masalah yang dialami akan meningkatkan risiko masalah kesehatan mental misalnya kecemasan dan depresi.
- Kesulitan menyelesaikan masalah
Seseorang yang overthinking mencoba mencari solusi dengan lebih banyak memikirkan masalah dibanding segera mencari solusinya. Alih-alih ingin mencari penyelesaian, masalah yang dihadapi justru semakin bertambah.
- Kesulitan mengelola emosi
Berpikir secara berlebihan membuat emosi cenderung naik turun dan dapat memicu pelampiasan emosi yang tidak adaptif.
Buat Tribunners yang lagi overthinking, cobalah untuk mencari cara untuk membuang vampir energi atau energi negatif ini. Jangan sakiti diri untuk hal-hal yang menunda kesuksesan Anda.
Sebab, Anda sendiri adalah aktor/artis/pemeran dalam kehidupan diri sendiri.
( Tribunjogja.com / Bunga Kartikasari )