Bahkan, pihaknya menggelar pula kompetisi 'Banyakan Mana', di mana yang paling banyak mengumpulkan sampah akan menjadi pemenang dan mendapat hadiah berupa uang tunai.
"Kami sangat berharap kegiatan hari ini tidak sekadar menjadi rutinitas, tetapi bisa memberi manfaat dalam perspektif bisnis, ya, Malioboro resik rejekine apik," ungkap Siwi.
Adapun Merti Uwuh digelar dalam rangka peringatan 11 tahun UU Keistimewaan, sekaligus menyambut penetapan sumbu filosofi sebagai salah satu warisan budaya tak benda oleh UNESCO.
Selaras dengan situasi darurat sampah, ia berujar, pedagang Teras Malioboro tak lagi membuang limbah ke TPA Piyungan, terhitung sejak Juni 2022.
Menurutnya, Teras Malioboro sudah menginisiasi pengolahan limbah mandiri yang dibranding dengan nama Pengelolaan Sampah Organik dan Anorganik Tenant dan Masyarakat Teras Malioboro (PESONA TERAS).
"Ini jadi momen edukasi juga, ya, bahwa sampah adalah tanggung jawab pribadi masing-masing orang, sekaligus tanggung jawab sosial setiap individu di mana pun berada," tegasnya.
"Terlebih lagi di kawasan Malioboro yang merupkan kawasan budaya dan sumber penghidupan warga Yogyakarta," pungkas Siwi. (*)