TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Lurah Guwosari Masduki Rahmad menyatakan bahwa sejak TPA Piyungan ditutup dan muncul masa darurat sampah, warga Kalurahan Guwosari tak menghadapi masalah penumpukan sampah. Pasalnya Tempat Pengolahan Sampah (TPS) Go-Sari yang ada saat ini tetap mengambili sampah dari pelanggan dan melakukan pemilahan serta pengolahan.
“Justru saat darurat sampah kita untung, karena ada pelanggan baru. Dengan catatan mereka harus memilah. Setiap hari sampah mereka tetap kita ambil. Jadi selama ini belum ada masalah dengan adanya penutupan TPA Piyungan,” ujarnya.
Selain mengambil sampah dari pelanggan, Go-Sari bahkan memunguti sampah di jalan, yang dibuang oleh oknum tak bertanggung jawab. Sampah itu tetap dipilah dan diolah.
Baca juga: Kabupaten Purworejo Harus Puas Bawa Pulang 22 Medali Porprov Jateng XVI/2023
Sejak dibangun pada tahun 2019, TPS Go-Sari telah melayani penjemputan sampah di 15 Padukuhan. Dari 12 pekerja di sana, delapan orang diantaranya bertugas untuk memilah sampah organik, anorganik dan residu.
Untuk sampah anorganik selama ini dikumpulkan dan dijual. Sampah organik diolah menjadi pakan maggot dan dibuat pupuk kompos, sementara sampah residu dimusnahkan.
Lurah menyatakan bahwa rata-rata sampah yang masuk di TPS Go-Sari adalah sampah rumah tangga. Masduki menyebut bahwa di Guwosari ada 4500-an KK, dan ia mengakui belum bisa menjangkau semuanya. Pasalnya selain ada yang sudah berlangganan TPS Go-Sari, ada pula warga yang membuat jugangan di pekarangan rumah untuk mengatasi sampahnya sendiri.
Ia pun menyatakan bahwa saat ini TPS Go-Sari belum menerima sampah dari luar kalurahan. Pasalnya TPS Go-Sari masih terus dikembangkan baik secara regulasi, anggaran maupun kesiapan infrastrukturnya. Jika nanti, permasalahan sampah di Kalurahan Guwosari dapat diselesaikan, maka tidak menutup kemungkinan akan mengembangkan sayap menerima sampah dari luar Guwosari, minimal tingkat kapanewon.
Namun demikian, dari apa yang telah dilakukan selama ini TPS Go-Sari yang beroperasi di bawah BUMKal Guwosari telah mendapatkan provit dan benefit sesuai tujuan BUMKal didirikan. Benefit atau manfaatnya adalah mengatasi masalah sampah.
“Kalau provit bisa mencapai Rp4-5 juta, itu sudah dipotong untuk menggaji 12 karyawan dan operasional lainnya,” bebernya.
Tak akan berhenti di situ saja, ia mentargetkan di tahun 2024 nanti TPS Go-Sari akan memiliki produk turunan dari pengolahan sampah plastik. Dengan demikian, dari sampah plastik akan tercipta produk baru yang memiliki nilai ekonomis tinggi.
“Selain membuat regulasi, penganggaran, kami juga akan menyiapkan teknologi agar mempermudah proses pemilahan dan pengolahan sampah. Targetnya, di 2024 sampah plastik yang kita olah menjadi tali rafia atau bola,” tandasnya. (nto)