Djoko Pekik Meninggal

Inilah Buku Djoko Pekik Berburu Celeng yang Dimasukkan dalam Peti Jenazah Djoko Pekik

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Inilah Buku Djoko Pekik Berburu Celeng yang Dimasukkan dalam Peti Jenazah Djoko Pekik

Rumah duka seperti disulap menjadi pameran. 

Sambil memberikan penghormatan terakhir, pelayat dapat menyaksikan karya lukis Djoko Pekik. 

Terbaring dalam peti berwarna putih, Djoko Pekik juga mengenakan pakaian rapi berwarna putih, dengan kalung rosario melingkar di tangannya. 

Dalam peti, terdapat pula sebuah buku bersampul potret lukisan Djoko Pekik yang berjudul “Keretaku Tak Berhenti Lama” (1989).

Tentang Buku “Djoko Pekik Berburu Celeng”

Buku "Djoko Pekik Berburu Celeng" terbitan Gramedia tahun 2022, ditulis oleh Sindhunata, M. Dwi Marianto, M. Agus Burhan, Goenawan Mohamad, Jean Couteau, Baskara T. Wardaya, dan Alia Swastika. (DOK. Gramedia)

Buku berjudul “Djoko Pekik Berburu Celeng” diterbitkan Gramedia pada 2022 lalu.

Buku itu ditulis oleh Sindhunata, M. Dwi Marianto, M. Agus Burhan, Goenawan Mohamad, Jean Couteau, Baskara T. Wardaya, dan Alia Swastika.

Acara peluncuran buku Djoko Pekik Berburu Celeng digelar di Bentara Budaya Yogyakarta.

Selain ada acara peluncuran buku, diadakan pula pameran lukisan Djoko Pekik mulai 26-31 Maret 2022.

Dalam acara itu, Djoko Pekik memamerkan pula karya lukis yang ia ciptakan selama masa pandemi Covid-19.

Djoko Pekik lahir pada 2 Januari 1937 di Jawa Tengah dan meninggal pada 12 Agustus 2023 di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta.

Selama 86 tahun hidupnya, ia sudah menjadi saksi peristiwa-peristiwa bersejarah dan menjadi bagian dari sejarah itu sendiri.

Djoko Pekik menyaksikan masa-masa perjuangan kemerdekaan, masa orde lama, masa orde baru, masa reformasi, pascareformasi, sampai pada masa sulit kala dunia mengalami pandemi Covid-19.

Lukisan karya Djoko Pekik berjudul Keretaku Tak Berhenti Lama (1989) (DOK. Djoko Pekik via Gramedia)

“Saya ini seperti batu hitam di tengah sungai. Diam dan kaku. Sewaktu air tenang, batu diam tenang bersama gabus-gabus. Sewaktu banjir, gabus-gabus berserakan. Setelah itu banjir surut. Tapi lihatlah, batu tetardiam di situ. Saya berani mati,” demikian cuplikan kalimat dalam buku “Djoko Pekik Berburu Celeng”.

Bukan tanpa alasan buku itu dimasukkan dalam peti jenazah Djoko Pekik.

Halaman
1234

Berita Terkini