TRIBUNJOGJA.COM - Penutupan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan akan berdampak pada peningkatan tumpukan sampah di rumah-rumah atau lingkungan sekitar.
Jika tidak segera ditangani, maka kondisi ini akan berpotensi timbulnya penyakit, khususnya penyakit saluran Pencernaan .
Kepala Dinkes Kabupaten Bantul, Agus Tri Widyantara menjelaskan masyarakat harus mewaspadai penyakit yang ditimbulkan karena sampah, yakni penyakit yang berhubungan dengan saluran Pencernaan .
“Karena sampah-sampah tersebut sebagai tempat perindukan lalat, sehingga kemungkinan nanti akan banyak penyakit-penyakit yang ditularkan karena lalat yang hingga di tempat sampah , kemudian hinggap di makanan-makanan,” ujarnya, Selasa (25/7/2023).
Baca juga: Warga Tak Perlu Panik, Pemkot Yogya Sebut 3 Tempat Penampungan Sampah Sementara Siap Digunakan
Penyakit yang berhubungan dengan saluran pencernaan yang harus diwaspadai seperti diare, muntaber hingga tipes.
“Yang agak berat, tipes. Kalau tidak tertangani dengan baik juga berisiko,” ucapnya.
Ia menyatakan bahwa sampai saat ini belum ada laporan peningkatan penyakit saluran pencernaan.
Pasalnya penumpukan sampah juga baru saja terjadi.
Namun, jika kondisi ini terjadi selama berhari-hari, maka hal itu yang perlu diwaspadai.
“Semua tempat berpotensi khususnya di daerah yang dekat penampungan sampah sementara, misal di pasar yang banyak sampah tertumpuk di sana,” ungkapnya.
Maka dari itu, pihaknya mengimbau agar masyarakat dapat lebih bijak dalam mengelola sampah dengan memilah sampah organik dan non organik.
Jika itu sampah organik,maka bisa diolah menjadi kompos sehingga tidak pencemaran dan tempat perindukan lalat yang menyebabkan penyakit saluran pencernaan.
Kepala Bidang Penanggulangan Penyakit (P2) Dinkes Bantul Samsu Aryanto menambahkan, selain lalat timbunan sampah juga berpotensi menjadi sarang tikus dan nyamuk.
Kedua hewan tersebut merupakan pembawa penyakit leptospirosis, malaria, dan Demam Berdarah Dengue (DBD).
Baca juga: Jurus Jitu UGM Atasi Masalah Sampah, dari Cacah Plastik hingga Olah Sampah Organik Jadi Kompos
Selain itu masyarakat pun akan menghadapi bau yang tidak sedap jika sampah menumpuk di sekitar tempat tinggal.
"Selain itu lindi (air limbah sampah) juga bisa mencemari sumber air," ujarnya.
Senada dengan yang diucapkan oleh Kepala Dinkes Bantul, dirinya pun menghimbau agar masyarakat bisa mengelola sampah rumah tangganya secara mandiri.
Yakni dengan memisahkan sampah organik dengan non organik.
Sampah non organik bisa didaur ulang dan dimanfaatkan kembali.
Sementara untuk sampah organik, tindakan yang bisa dilakukan masyarakat adalah dengan menimbunnya di dalam tanah supaya terurai.
"Jika sampah dipilah dan diolah maka berbagai penyakit pun bisa dicegah," pungkasnya.( Tribunjogja.com )