TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Insiden kekerasan jalanan yang melibatkan pelajar berusia remaja kembali terjadi di Kota Yogyakarta, Senin (8/5/2023) petang.
Menyikapi hal itu, Pemkot Yogyakarta pun menyebut, terdapat peran serta para alumni guna melanggengkan kebiasaan yang akrab dengan sebutan klitih tersebut.
Sekda Kota Yogyakarta, Aman Yuriadijaya, mengatakan, sesuai ilustrasi dari berbagai kasus kekerasan jalanan di Kota Yogyakarta, diketahui ada kaitannya dengan para alumni.
Meski telah lulus dari bangku sekolah, mereka seakan ingin meninggalkan jejak eksitensi, sehingga menggulirkan upaya-upaya kaderisasi.
Baca juga: Cerita Mbah Sarumi, Warga Magelang yang Terima UGR Tol Jogja-Bawen Senilai Rp6,4 Miliar
"Mereka ini, kan, ketokohan informal di sekolahnya, yang kebetulan sudah lulus. Tapi, dalam tanda kutip, ingin punya kader di sekolah untuk diajak masuk ke dalam kolegial mereka. Jadi, untuk menunjukkan eksistensi," cetusnya, Selasa (9/5/2023)
"Eksistensi bisa dua potensi, bisa bernaluri postif, tetapi bisa juga bernaluri negatif. Nah, kebetulan, ini yang negatif. Mereka melanggengkan kaderisasi kelompok-kelompok," tambah Sekda.
Oleh sebab itu, Pemkot Yogyakarta pun mendorong upaya pembinaan yang tidak hanya menyasar siswa-siswa yang masih duduk di bangku sekolah saja, namun juga para alumni yang dimaksud.
Sehingga, upaya tersebut tidak sebatas tanggung jawab Disdikpora semata, tapi juga Kesbangpol, sampai Satpol PP.
"Ini kami sedang berkomunikasi dengan unsur-unsur yang pandangan kami sesuai pemetaan itu, memiliki keterhubungan dalam persoalan kenakalan remaja di Kota Yogya khususnya," terang Aman.
Meski demikian, dirinya memastikan, upaya-upaya normatif guna memutus rantai kekerasan jalanan yang melibatkan kalangan pelajar tetap digencarkan.
Mulai dari pembinaan karakter siswa di lingkungan sekolah, hingga patroli jam malam terpadu yang dilangsungkan kepolisian dan Satpol PP Kota Yogyakarta.
"Selama ini, intervensi kita pembinaan pada siswa. Tapi, rasanya ini tidak cukup, perlu intervensi sumber lainnya juga. Proses sudah ada, tapi tidak seketika memutus mata rantai," urainya. (aka)