Laporan Reporter Tribun Jogja, Nanda Sagita Ginting
TRIBUNJOGJA.COM, MAGELANG - Ratusan jemaat Gereja Santo Yusup Pekerja, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang melaksanakan visualisasi Jalan Salib untuk mengenang kesengsaraan Yesus Kristus di kayu salib.
Visualisasi Jalan Salib ini dilakukan oleh puluhan pemuda dalam rangkaian ibadah Jumat Agung, pada Jumat (7/4/2023).
Kegiatan visualisasi Jalan Salib yakni dimulai dari mementaskan Tablo kisah sengsara Yesus yang disiksa dalam perjalanan menuju puncak Golgota.
Sejumlah jemaat bahkan meneteskan air mata ketika menyaksikan adegan di mana seseorang yang memerankan sosok Yesus Kristus dipukuli dan dicambuk sepanjang perjalanan.
Ketua Panitia Paskah Gereja Santo Yusup 2023, Ignatius Ferryanto Nugroho, mengatakan tujuan dibuatnya visualisasi perjalanan Tuhan Yesus agar jemaat lebih menghayati.
"Karena, biasanya peragaan itu (visualisasi) lebih mengena hati dibandingkan membaca,"ujarnya saat ditemui di lokasi.
Perayaan Paskah pada tahun ini, lanjutnya, lebih banyak diikuti jemaat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya saat pandemi.
Pasalnya, perayaan tahun ini sudah tidak ada pembatasan lagi.
"Beda cukup jauh, beberapa tahun lalu umat itu terbatas, begitupun pelaksanaan peribadatan Misa-nya. Tahun ini cukup banyak pada Misa Pertama saja itu sudah diikuti 1200 jemaat. Lalu, Misa Kedua diikuti sekitar 800 jemaat, jadi kurang lebih 2000 jemaat,"tuturnya.
Sementara itu, Romo Agustinus Giyono Pr mengatakan, pada perayaan Paskah tahun ini mengambil tema 'Tinggal Dalam Kristus Menghadirkan Damai Bagi Dunia dan Alam Ciptaan'
"Doa gereja ada dua yang pokok dalam liturgi nya. Bahwa dalam liturgi itu merupakan uraian dari tema, di mana itu disatukan dengan cita-cita agar Indonesia menuju pada perdamaian sejati. Itu, doa-doa yang disampaikan pada perayaan dari awal sampai nanti puncaknya malam Paskah atau malam kebangkitan itu,"ucapnya.
Ia menerangkan, perayaan Paskah akan berlangsung sampai Minggu pagi (9/4/2023).
"Justru, hari raya Paskah itu terjadi pada Minggu-nya. Sedangkan, malamnya itu masih menantikan Tuhan Yesus bangkit dari mati yang dikatakan setelah disalibkan, dan pada hari ketiga itu lah hari bangkitnya,"terangnya.
Seorang jemaat Gereja, Widi (56), mengaku senang bisa menjalani peribadatan rangkaian Paskah secara terbuka tapa ada pembatasan lagi.
"Sangat antusias sekali, karena semua bisa hadir dan terlibat. Keinginan umat untuk merayakan lebih sungguh-sungguh jadi begitu terasa. Dalam arti, umat ingin sekali mengungkapkan imannya. Betala kerinduan umat itu sangat terasa dan saat ini mulai terobati,"urainya. (*)