Laporan Reporter Tribun Jogja, Ardhike Indah
TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Gunung Merapi terpantau mengeluarkan lima kali guguran lava pijar dengan jarak luncur maksimal 1,6 Km ke arah barat daya, Rabu (22/3/2023).
Hal itu terlihat dalam pengamatan selama enam jam mulai 00.00-06.00 WIB oleh Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG).
Kepala BPPTKG Yogyakarta, Agus Budi Santoso, mengatakan secara meteorologi, cuaca berawan dan mendung.
Angin bertiup tenang ke arah barat. Suhu udara 14-19 °C, kelembaban udara 65-99 persen, dan tekanan udara 836.2-920.2 mmHg.
“Secara visual, gunung jelas, kabut 0-I, hingga kabut 0-III. Asap kawah bertekanan lemah teramati berwarna putih dengan intensitas tebal dan tinggi 20-50 m di atas puncak kawah,” jelasnya.
Gempa guguran terjadi sebanyak 19 kali dengan amplitudo 3-30 mm berdurasi 17,04-121,4 detik.
Hybrid/fase banyak terjadi sebanyak 17 kali dengan amplitudo 3-8 mm, S-P 0,5-0,9 detik berdurasi 5,36-7,4 detik.
Gempa vulkanik dangkal terjadi sebanyak 8 kali dengan amplitudo 19-75 mm berdurasi 5,32-14,64 detik.
“Tingkat aktivitas Gunung Merapi saat ini berada di level III atau siaga,” jelasnya.
Potensi bahaya saat ini, kata dia, berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan-barat daya.
Sektor itu meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal 5 km, Sungai Bedog, Krasak, Bebeng sejauh maksimal 7 km.
Pada sektor tenggara, sektor meliputi Sungai Woro sejauh maksimal 3 km dan Sungai Gendol 5 km.
Sedangkan, lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 km dari puncak.
Masyarakat diminta agar tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya.
Masyarakat juga diimbau agar mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik dari erupsi Gunung Merapi serta mewaspadai bahaya lahar terutama saat terjadi hujan di seputar gunung.
“Jika terjadi perubahan aktivitas yang signifikan, maka status aktivitas Gunung Merapi akan segera ditinjau kembali,” tukasnya. (*)