TRIBUNJOGJA.COM - Hampir setahun Rusia melakukan invasi ke Ukraina. Militer Rusia pertama kali menyerang Ukraina pada 24 Februari 2022 silam.
Hampir setahun melakukan invasi, belum ada tanda-tanda Rusia akan menghentikan serangannnya.
Bahkan, perang malah berpotensi meluas setelah NATO dan AS terus memberikan bantuan persenjataan ke Ukraina.
Rusia sendiri menegaskan tidak akan pernah mundur dari perang tersebut.
Hal itu ditegaskan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin melalui pidato kenegaraan di hadapan parlemen, pejabat negara, dan militer di Moskwa, Selasa (21/2/2023) kemarin.
”Tidak mungkin bisa mengalahkan Rusia. Kami tidak akan pernah menyerah pada upaya Barat memecah belah rakyat Rusia yang mendukung perang di Ukraina. Barat memulai perang dan kami akan menggunakan kekerasan untuk mengakhirinya,” kata Presiden Rusia Vladimir Putin dalam pidato kenegaraan di hadapan parlemen, pejabat negara, dan militer di Moskwa, Selasa (21/2/2023) seperti yang dikutip dari Kompas.id.
Dalam pidato yang berlangsung selama dua jam tersebut, Putin menyebut AS dan negara-negara NATO lah yang memulai perang.
Baca juga: Vladimir Putin : Barat Memulai Perangnya di Depan Rusia
Sementara Rusia dan Ukraina merupakan korban dari Barat dan NATO.
Dalam kesempatan itu, Putin mengancam siap untuk adu kekuatan senjata nuklir jika memang ada ancaman terhadap negaranya.
Putin pun menyebut Rusia menangguhkan partisipasi dalam Perjanjian New START atau perjanjian pengendalian persenjataan nuklir antara Rusia dan AS.
Perjanjian ini membatasi jumlah hulu ledak nuklir yang bisa digunakan oleh kedua negara. Perjanjian ini akan berakhir pada 2026.
Kesepakatannya adalah kedua negara membatasi kepemilikan hanya 1.550 hulu ledak pada rudal balistik antarbenua, rudal balistik kapal selam, dan pesawat pengebom.
Rusia dan AS memiliki stok senjata nuklir yang sangat banyak. Jika digabungkan, kedua negara memiliki 90 persen hulu ledak nuklir di dunia.
”Saya terpaksa mengumumkan Rusia menangguhkan keikutsertaan dalam Perjanjian Pengurangan Senjata Strategis. Kementerian Pertahanan dan perusahaan nuklir Rusia harus siap menguji senjata nuklir Rusia jika perlu. Tentu kami tidak akan melakukannya terlebih dahulu. Tetapi, jika AS melakukan tes, kami juga akan melakukannya,” kata Putin.(REUTERS/AFP/AP/Kompas.id)