yang matanya letih
jalan sama-sama denganmu
berbondong-bondong
itu kawanmu kekasihku
jangan lupa kekasihku
jika kau ditanya siapa mertuamu
jawablah: yang menarik becak itu
itu bapakmu kekasihku
jangan lupa kekasihku
pada siapapun yang bertanya
sebutkan namamu
jangan malu
itu namamu kekasihku
Solo-Sorogenen, 14 Maret 1988
Baca juga: 5 Puisi Chairil Anwar dengan Metafora Bahasa Alam yang Akan Terus Hidup Hingga Seribu Tahun
Puisi cinta tersebut bahkan Wiji Thukul bawakan di pesta pernikahan mereka.