TRIBUNJOGJA.COM - Mobil ini memang ikonik.
Bentuknya imut seolah tenggelam ketika berada di kerumunan padatnya kendaraan.
Tapi sensasi saat berada di ruang kemudi tak akan terganti.
Siapa saja pasti melirik ketika mobil ini melintas.
Maka, nikmatilah karya insinyur negeri di mana mentari tak pernah terbenam ini, Morris Mini Cooper MK III lansiran 1976.
Ialah Iqbal Adhar, satu di antara pehobi otomotif yang kesemsem terhadap mobil asal Inggris pabrikan British Motor Corporation (BMC) yang pertama kali diproduksi 1959 silam ini.
Baca juga: Rubrik Otomotif Gaspol 52: Karimun Kotak Bersolek Jadi Makin Ciamik
Pria asal Bengkulu yang kini tinggal di Yogyakarta ini butuh proses panjang dalam 'berburu' Morris Mini Cooper , mobil yang begitu melekat dengan karakter dalam serial Mr. Bean, tokoh lucu yang diperankan oleh Rowan Atkinson.
Iqbal mengaku memang sengaja berburu mobil berdimensi mungil, setelah sebelumnya pernah memiliki sportscar mungil Mazda, MX-5 Miata.
"Sebelum mengoleksi Morris Mini Cooper MK III 1976 ini, saya memiliki opsi lain. Satu di antaranya ialah Suzuki Katana. Bahkan, saya sudah down payment (DP) tapi kemudian ternyata tidak cocok karena banyak PR-nya juga," ujar Iqbal pada Gaspol 52 Tribunjogja.com .
"Kemudian saya juga memiliki opsi mobil lainnya untuk dikoleksi dari VW Beetle, Karmann Ghia dan Safari," tambah dia.
Akan tetapi, lantaran sebelumnya pernah memiliki sebuah mobil berdimensi mungil, Iqbal pun akhirnya mantap menjatuhkan pilihan berburu Morris Mini Cooper .
Hasratnya makin menggebu tatkala melihat koleksi Morris Mini Cooper yang dimiliki pemimpin redaksi Kompas.com, yakni Wisnu Beginu serta jurnalis otomotif, Jujuk Margono.
"Menunggangi mobil kecil di jalanan Jogja yang mulai macet ini asyik sekali, tapi itu sebenarnya bisa diatasi juga misal membeli mobil seperti Karimun atau mobil lain yang berdimensi mungil. Tapi, saya menginginkan mobil kecil, dua pintu dan kesan klasiknya tetap dapet. Lihat Mas Wisnu Begitu dan Mas Jujuk, ternyata dipakai daily pun Morris Mini Cooper masih oke kok," kata Iqbal.
Pria yang juga pehobi Vespa ini lantas menggali informasi dari bengkel-bengkel dalam upaya mencari unit Morris Mini Cooper yang dijual dan sesuai keinginannya.
Baca juga: Mobil Klasik Kustom Amerika dari Berbagai Daerah Kumpul di Hotrod Weekend Party Yogyakarta 2022
Lantas, ia diarahkan untuk bertanya langsung melalui komunitas mobil Morris tertua di Indonesia, Jakarta Morris Club (JMC).
"Saya tidak langsung dapat unit Morris Mini Cooper MK III ini, tapi butuh waktu sekira 3 bulan. Sebenarnya Morris Mini Cooper MK III yang dijual dan dalam kondisi bagus itu cukup banyak, cuma nggak cocok di harga," kelakar Iqbal.
"Sebab budget yang saya punya mungkin hanya cukup untuk membeli Morris Mini Cooper dalam kondisi bahan," tambah dia.
Sekira 3 bulan berburu, Iqbal akhirnya kepincut pada Morris Mini Cooper MK III lansiran 1976, yang ditawarkan lewat sebuah grup jual-beli.
Lantaran menilai harga yang ditawarkan cukup murah dengan kondisi mobil telah direstorasi pada 2019 lalu, tanpa pikir panjang Iqbal sepakat untuk membeli.
Tanpa terlebih dahulu mengecek secara langsung kondisi Morris Mini Cooper MK III berkelir biru tersebut di Jakarta, Iqbal langsung mengirim towing untuk membawanya ke Jogja setelah menyelesaikan proses pembayaran.
"Ya memang pelajarannya, sebelum membeli harus cek dulu unitnya. Kecuali untuk mobil yang benar-benar limited, jumlahnya benar-benar terbatas," kata Iqbal.
Sejumlah kendala memang ditemui Iqbal ketika Morris Mini Cooper MK III ini tiba di Jogja, misal pada CV joint (constant velocity joint) yang merupakan peranti penghubung antara transmisi, as roda dengan roda mobil serta Engine mounting atau komponen yang bekerja sebagai dudukan mesin.
Iqbal pun mengaku sempat khawatir, apakah ada bengkel yang mampu mengatasi permasalahan yang dialami mobil kesayangannya ini.
"Ternyata, bengkel mobil biasa langganan saya bisa mengatasi. Perawatannya pun ternyata mudah. Perbedaan dengan mobil buatan Jepang hanya pada drat baut, kalau Jepang itu ukurannya inci, sedangkan mobil buatan Inggris ini menggunakan ukuran milimeter," kata Iqbal.
Ditambahkannya, ketersediaan sparepart Morris Mini Cooper juga tak jadi soal.
Sebab, suku cadang mobil mungil ini bisa didatangkan langsung dari luar negeri. Akan tetapi, memang butuh waktu lantaran jarak yang jauh.
"Jadi untuk perbaikan pun cukup memakan waktu lantaran sparepart harus didatangkan dari luar negeri. Otomatis, kocek yang harus dirogoh pun sedikit lebih mahal," ujar Iqbal.
Baca juga: Rubrik Otomotif Gaspol 52: Karimun Kotak Bersolek Jadi Makin Ciamik
Terkesan dengan Akselerasinya
Bicara pengalaman berkendara, Iqbal mengaku sangat terkesan dengan kemampuan akselerasi mobil dua pintu yang menggunakan sistem kemudi FWD (Four Wheel Drive), transmisi 4 percepatan ini.
Menurutnya, kemampuan akselerasi Morris Mini Cooper MK III cukup mengagumkan.
"Mengendarai mobil ini rasanya capek, karena belum dilengkapi dengan power steering. Tapi itu terbayar lunas dengan perasaan happy saat mengendarainya," kata Iqbal.
"Saya pun nggak nyangka, Morris Mini Cooper MK III dapat melaju cukup kencang. Ketika dikendarai dalam posisi ngebut dan kemudian langsung berbelok, sama sekali tidak limbung," tambahnya.
Menilik sejarahnya, Morris Mini Cooper pernah turun di lintasan balap bahkan menjuarai ajang Reli Monte Carlo.
Tak tanggung-tanggung, Mini menjadi juara pertama pada 1964, 1965, dan 1967 silam.
Satu dari beberapa rahasia kemenangan Mini adalah penggunaan mesin yang melintang dan pemakaian penggerak roda depan yang kala itu dianggap asing lantaran tak pernah dipakai oleh pabrikan manapun. ( Tribunjogja.com )