Dokter Tunggul Situmorang menegaskan, tidak ada satu daging pun - termasuk daging kambing - yang menyebabkan hipertensi.
“Di semua buku hipertensi yang pernah saya baca, tidak ada satu statement pun yang menyatakan daging (daging apapun) sebagai penyebab hipertensi,” kata Tunggul dikutip Tribun Jogja dari laman Kompas.com tertanggal Sabtu (30/4/2022).
Menurutnya, lebih dari 90 persen penyebab hipertensi adalah faktor genetik atau keturunan yang dikategorikan sebagai hipertensi primer atau essential hypertension.
Sementara terkait asupan makanan, hipertensi dikaitkan dengan jumlah asupan garam.
“Konsumsi garam meningkat, hipertensi meningkat,” tutur dia.
Persepsi salah
Sehingga, kemungkinan persepsi yang salah terkait efek konsumsi daging kambing maupun sapi dan hipertensi adalah mengenai kandungan garam dan/atau risiko kandungan lemak atau kolesterolnya.
Naiknya kolesterol, lanjut dia, menjadi risiko tambahan yang nilainya berlipat meningkatkan risiko serangan kardiovaskultas seperti serangan jantung, stroke, gagal ginjal, kebutaan, dan lain-lain.
Melansir Kompas.com, 18 Februari 2020, menuliskan bahwa daging kambing tidak sepenuhnya dapat menyebabkan hipertensi. Hal ini tentu saja merujuk pada fakta kandungan yang ada dalam daging kambing tersebut.
Lantas bagaimana selama ini daging kambing bisa dianggap menyebabkan hipertensi?
Momen berkumpul bersama keluarga di hari raya biasanya akan tersaji beragam makanan Lebaran, tak terkecuali olahan daging kambing dan daging sapi.
Olahan daging kambing yang dimasak menjadi macam-macam lauk memang menggiurkan selera makan, tapi ada ketakutan tertentu bagi masyarakat yang dikaitkan dengan hipertensi atau tekanan darah tinggi.
Faktor cara memasaknya
Konsumsi daging kambing dapat membahayakan kesehatan dikarenakan cara memasaknya, seperti digoreng terlebih dahulu sebelum diolah lebih lanjut, dipanggang, atau dibakar.
Memasak dengan digoreng, dibakar atau dipanggang dapat meningkatkan kalori makanan dibandingkan versi mentahnya.