Panduan dan Keutamaan Itikaf pada 10 Hari Terakhir Bulan Ramadan

Penulis: Tribun Jogja
Editor: Mona Kriesdinar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi berdoa

TRIBUNJOGJA.COM - Itikaf sebenarnya bisa dilakukan setiap waktu. Namun keutamaannya semakin besar jika hal ini dilakukan saat bulan Ramadan, utamanya pada 10 hari terakhir.

Selain merupakan sarana beribadah secara spiritual, itikaf juga bisa menjadi media kontemplasi dan untuk melakukan koreksi diri, mengingat dosa-dosa apa saja yang sudah dilakukan.

Harapannya dari situ Anda bisa semakin bertakad untuk bertaubat dan memperbaiki diri.

Itikaf sendiri adalah berhenti (diam) di dalam masjid dengan syarat-syarat tertentu, semata- mata niat beribadah kepada Allah.

Lalu, bagaimanakah tata cara itikaf?

Syarat dan Rukun I’tikaf

Sebelum melakukan i’tikaf, penting untuk memperhatikan syarat dan rukunnya, antara lain sebagai berikut:

Pertama, niat, dalam i’tikaf harus ada niat sehingga orang yang melakukannya paham apa yang harus dilakukan.

Bahkan jangan sampai melamun, dan pikiran kosong.

نويت الاعتكاف لله تعالي

“Nawaitul I’tikaf Lillahi Ta’ala”

Kedua, diam di dalam masjid dan meninggalkan perbuatan-perbuatan yang tidak boleh dilakukan oleh orang yang sedang beri’tikaf.

Sebagaimana firman Allah SWT “…Tetapi, jangan kamu campuri mereka, ketika kamu beri’tikaf dalam masjid.” (QS Al-Baqarah: 187).

Orang yang melakukan i’tikaf harus muslim, berakal, suci dari hadas besar (ada pendapat yang mengatakan bahwa hadas kecil juga membatalkan i’tikaf), dan harus di masjid.

Sunnahan i’tikaf terdapat dalam beberapa hadis, di antaranya:

Halaman
123

Berita Terkini