TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi ( BPPTKG ) menyebut volume kubah lava Gunung Merapi berkurang pasca erupsi beberapa hari lalu.
Kendati volume kubah lava berkurang, material kubah lava di Gunung Merapi masih sangat mungkin runtuh dengan jumlah lebih besar dibandingkan pada saat rentetan erupsi periode Rabu (8/3/2022) dan Kamis (9/3/2022) kemarin.
Kasi Gunung Merapi BPPTKG Agus Budi Santoso mengatakan, berdasarkan pengamatan terakhir dari BPPTKG untuk kubah lava tengah memang terjadi pengurangan volume sebesar 646.000 meter kubik.
Jumlah tersebut runtuh hingga menimbulkan awan panas guguran sejauh 5 kilometer di Kali Gendol.
"Ya kalau dari sisi kemungkinannya masih (bisa lebih besar),karena kemarin itu ternyata bekasnya yang runtuh kubah lavanya itu hanya sebesar 646 ribu meter kubik. Jadi kalau melihat dari volume kubah saat ini itu ya masih berpotensi untuk membentuk awan panas yang sebesar seperti 9-10 Maret kemarin," kata Agus Budi, Senin (14/3/2022).
Baca juga: Ini Alasan Kenapa Awan Panas Guguran Merapi Mengarah ke Kali Gendol Sejauh 5 KM
Saat ini berdasarkan analisis foto terakhir volume kubah lava barat daya tercatat sebesar 1.578.000 meter kubik.
Sedangkan kubah lava tengah menjadi sebesar 2.582.000 meter kubik.
"Itu (kubah lava tengah) perkiraan longsornya sepertiganya. Jadi masih sekitar 500-1 juta meter kubik itu berpotensi untuk runtuh," terang dia.
Meski begitu, Agus menyatakan bahwa berdasarkan asesmen yang telah dilakukan sebelumnya, jumlah material yang runtuh sebesar itu masih tidak akan menimbulkan awan panas hingga lebih dari 5 km.
"Kalau berdasarkan asesmen kemarin kalau volume sebesar itu tidak lebih dari 5 km seperti yang kemarin terjadi. Maksudnya (material) yang runtuh tidak melebihi satu juta dan kalau runtuh enggak akan lebih dari 5 km kalau berdasarkan perhitungan kita," paparnya.
Dikatakan Agus, pihaknya juga sudah menerbangkan drone guna melihat situasi perkembang terbaru di Gunung Merapi .
Walaupun memang kondisi di puncak kawah masih tertutup asap kawah.
Namun memang ia memastikan suplai magma dari dalam masih terus berlangsung. Baik di kubah lava tengah maupun di barat daya.
"Artinya guguran lava pijar itu kan masih sering teramati di malam hari. Jadi ya itu masih aktif dan tempat ekstrusi magma gitu," jelasnya.
Sebelumnya, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi ( BPPTKG ) mencatat bahwa jarak luncuran awan panas Gunung Merapi pada Rabu-Kamis (9-10/3/2022) yang mencapai 5 kilometer merupakan yang terjauh sejak menyandang status Siaga atau Level III.
Baca juga: Skenario Besar Erupsi Gunung Merapi, Pemkab Sleman Siapkan 40 Barak Pengungsian
Diketahui bahwa status Siaga gunung api yang berada di perbatasan DIY dan Jawa Tengah itu sudah berlangsung sejak 5 November 2020 lalu.
Sedangkan fase erupsi berlangsung sejak tanggal 4 Januari 2021.
"Jadi memang untuk yang tadi malam ini (jarak luncuran awan panas) adalah yang terjauh," kata Kepala BPPTKG Hanik Humaida kepada awak media, Kamis (10/3/2022).
Disampaikan Hanik, sebelumnya Gunung Merapi sempat mengeluarkan jarak terjauh awan panas hingga 3 kilometer tepatnya pada 25 Juni 2021 lalu.
Saat itu arah luncuran awan panas sama mengarah ke tenggara.
Selain itu, Gunung Merapi juga pernah meluncurkan jarak awan panas yang lebih jauh ke arah barat pada Agustus 2021 lalu tepatnya hingga 3,5 kilometer.
Namun, jarak luncur 5 kilometer semalam akhirnya melebihi dua luncuran terjauh sebelumnya tersebut.
Kendati demikian, Hanik memastikan bahwa luncuran awan panas semalam masih berada dalam radius bahaya yang ditetapkan.
Sehingga memang belum melebihi rekomendasi radius bahaya sejauh ini.
Baca juga: Update Gunung Merapi 14 Maret 2022, 6 Kali Guguran Lava Pijar Meluncur ke Barat Daya Pagi Ini
"Jadi jarak yang sejauh 5 kilometer ke arah tenggara itu masih di atasnya Bunker Kaliadem, di atasnya sedikit," ujarnya.
Hanik menambahkan potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan-barat daya meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal 5 km.
Lalu untuk Sungai Bedog, Krasak, Bebeng sejauh maksimal 7 km.
Pada sektor tenggara meliputi Sungai Woro sejauh maksimal 3 km dan Sungai Gendol 5 km.
Sedangkan lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 km dari puncak.
"Masyarakat agar tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya, mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik dari erupsi Gunung Merapi serta mewaspadai bahaya lahar terutama saat terjadi hujan di seputar Gunung Merapi ," tutup Hanik. ( Tribunjogja.com )