Feature

Lulus S1 UGM, Giri Penyandang Disabilitas Netra Dapat Beasiswa Lagi untuk Lanjut S2

Penulis: Ardhike Indah
Editor: Mona Kriesdinar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

LANJUT STUDI - Giri Trisno Putra Sambada, disabilitas netra yang meneruskan studi di Magister FEB UGM.

TRIBUNJOGJA.COM - Perjuangan Giri Trisno Putra Sambada (25) menempuh studi sarjana di Universitas Gadjah Mada (UGM) akhirnya selesai. Giri, seorang disabilitas netra mampu membuktikan jika keterbatasan fisik bukanlah hambatan untuk menorehkan prestasi. Ia pun kini resmi menyandang gelar Sarjana Ekonomi (SE).

Karakternya yang tidak pantang menyerah itu tidak didapatkan baru-baru saja. Sejak kecil, Giri memang memiliki banyak prestasi.

Berbagai prestasi tingkat daerah hingga nasional pernah diraihnya sejak bangku SD hingga SMA.

Baca juga: Giri Trisno Putra, Penyandang Disabilitas Netra Peraih Sarjana Ekonomi di UGM

Beberapa di antaranya juara lomba dongeng tingkat DIY, OSN IPS SMP Tingkat Kota Yogyakarta, OSN Ekonomi SMA tingkat Kota Yogyakarta, dan juara nasional Duta Budaya dan Tradisi Indonesia. Lalu, masuk ke UGM pun melalui jalur prestasi yakni SNMPTN Undangan.

Pascadinyatakan tak lagi bisa melihat, Giri justru mendapat beasiswa pendidikan sarjana dari Tanoto Foundation.

Saat ini, ia kembali bisa memperoleh beasiswa dari lembaga tersebut untuk melanjutkan pendidikan jenjang S2 di FEB UGM.

Giri telah dinyatakan diterima kuliah program Magister Sains FEB UGM.

Prestasi lain yang membanggakan, Giri terpilih menerima penghargaan dari Presiden yang diserahkan oleh staf khusus presiden Angkie Yudistia pada Desember 2021.

Lalu, hasil penelitiannya untuk tugas akhir atau skripsi berjudul Manajemen di Era Digitalisasi juga terpilih masuk menjadi book chapter yang akan diterbitkan Departemen Manajemen FEB UGM.

Ia pun banyak diundang menjadi pembicara di berbagai kesempatan terkait menumbuhkan lingkungan inklusif bagi difabel.

"Kondisi disabilitas merupakan sebuah keistimewaan yang menjadikannya sebagai ciri khas. Jadikanlah hal itu sebagai penyemangat untuk menempuh pendidikan setinggi mungkin sehingga bias menjadi juara di masyarakat," pesannya.

Seusai lulus menempuh pendidikan S2, Giri berencana turut ambil bagian dalam memajukan pendidikan di tanah air dengan menjadi dosen.

Ia ingin berperan dalam mewujudkan Indonesia yang maju, terbuka, bertoleransi, serta memberikan kemudahan bagi penyandang disabilitas melalui pendidikan sebagai pintu utamanya.

Dukungan ortu

Giri bukan berasal dari keluarga berada. Sang ibu, Ngersi tidak lulus SD. Sementara, ayahnya, Sutrisno hanya menamatkan pendidikan setara STM. Ngersi mengatakan, putranya merupakan sosok yang tekun, ulet, dan memiliki semangat juang yang tinggi.

Meski mengalami kehilangan pengelihatan secara tiba-tiba, Giri bangkit dan berusaha untuk menggapai impiannya. “Dengan kondisi seperti itu biasanya anak akan merasa putus asa, tetapi Alhamdulillah Giri tidak patah semangat,” ujarnya.

Melihat pencapaian yang diraih Giri saat ini Ngersi tak henti-henti bersyukur. Ia sangat bangga pada putranya itu.

“Bangga karena saya yang SD saja tidak lulus bisa memiliki anak yang lulus sarjana dengan kondisi ada keterbatasan fisik. Saya berharap apa yang diinginkan Giri bisa tercapai dan suatu saat ada keajaiban untuknya bisa melihat lagi,”katanya.

Perasaan yang sama turut dirasakan oleh Sutrisno.

Ia bahagia sekaligus bangga putranya dengan segala keterbatasan bisa terus berpretasi dan meraih gelar sarjana, bahkan kini melanjutkan studi S2.

Meski Sutrisno hanya mampu menempuh pendidikan hingga tingkat STM, namun ia berharap anak-anaknya bisa meraih pendidikan setinggi-tingginya.

“Wisuda Giri ini menjadi kado ulang tahun saya yang sangat membanggakan. Harapannya apa yang dicita-citakan menjadi dosen bisa tercapai seizin Allah,” terangnya. (Ardhike Indah)

Baca Tribun Jogja edisi Jumat 4 Maret 2022 halaman 01

Berita Terkini