TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Datangnya musim hujan diikuti dengan potensi munculnya sejumlah penyakit, satu di antaranya Demam Berdarah Dengue (DBD).
Dinas Kesehatan (Dinkes) Gunungkidul pun telah melakukan berbagai langkah antisipasi.
Kepala Dinkes Gunungkidul Dewi Irawaty menyampaikan hingga kini kasus DBD di wilayahnya masih terbilang landai.
"Memang belum ada peningkatan signifikan, tapi kami tetap harus siap-siap," kata Dewi pada wartawan, Jumat (12/11/2021).
Baca juga: Kasus DBD di Gunungkidul Mulai Meningkat, Selama Oktober Sudah Ada 15 Pasien
Masyarakat pun diimbau untuk mulai meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi penularan DBD.
Namun, ia berharap masyarakat tidak menjadikan fogging sebagai opsi utama pencegahan.
Menurut Dewi, efek fogging hanya bersifat sementara.
Teknik ini pun hanya membasmi nyamuk dewasa, namun tidak dengan jentik-jentik yang masih hidup.
"(Jentik) itu tetap tumbuh jadi nyamuk, dan berpotensi membawa penyakit DBD," jelasnya.
Kalaupun fogging diperlukan, Dewi mengatakan perlu didahului dengan Penelitian Epidemiologi (PE) oleh puskesmas dan perangkat setempat.
PE berguna untuk memastikan apakah potensi penyebaran DBD tinggi sehingga diperlukan fogging.
Ia menyatakan pencegahan utama tetap pada pemantauan jentik berkala, 3M Plus, hingga menjaga lingkungan sekitar.
Baca juga: Kasus DBD Cenderung Melandai
Menurutnya, teknik itu tetap lebih efektif menekan potensi DBD.
"Kami dari kesehatan juga tetap siap untuk penanganannya, termasuk obat-obatan yang dibutuhkan," kata Dewi.
Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM), Dinkes Gunungkidul, Diah Prasetyorini menyampaikan peningkatan kasus DBD mulai dirasakan sejak September.
Adapun hingga Oktober lalu tercatat ada 15 kasus DBD baru.
Ia mengatakan imbauan meningkatkan kewaspadaan DBD sudah diedarkan.
Adapun pihaknya meminta warga menggalakkan program Satu Rumah Satu Jumantik (Juru Pemantau Jentik).
"Lewat gerakan tersebut harapannya angka jentik nyamuk bisa ditekan," kata Diah.( Tribunjogja.com )